Ciri Penderita Depresi yang Jarang Diketahui Orang
Penderita depresi sering menutupi emosi, menghindari pertemuan, dan suka menyendiri.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sulit untuk menjelaskan bagaimana mengatasi depresi kepada orang yang belum pernah mengalaminya. Kondisi depresi jauh lebih intens dibandingkan serangan kesedihan, kemarahan, lekas marah, dan ada kalanya seseorang mungkin tak merasakan emosi sama sekali untuk waktu yang sangat lama.
Orang dengan depresi tidak menemukan kesenangan atau kegembiraan dalam hal-hal yang mereka nikmati sebelumnya. Ini lubang yang dalam dan gelap tanpa cahaya yang terlihat.
Mengingat banyak orang yang tidak memahami masalah kesehatan mental, mereka mungkin tidak tahu bagaimana berbicara secara sensitif dengan orang yang mengalami depresi. Ini mungkin menjadi salah satu alasan orang dengan depresi tidak suka membuka diri dan berbagi apa yang mereka alami.
Tidak mengherankan banyak orang memasang penampilan luar yang bahagia untuk menyembunyikan apa yang mereka rasakan sebenarnya. Namun, mereka menangis sendirian ketika tidak ada yang melihat. Atau mungkin melakukan hobi untuk mengalihkan perhatian yang mungkin tidak mereka sukai.
Hal krusial adalah mereka yang menderita depresi mengalami kesulitan mengurus diri sendiri. Mereka mungkin tidak menyikat gigi, mandi selama berhari-hari, atau mungkin tidak ingin mengatur rumah dan barang-barang mereka. Poin terburuk, mereka menemukan diri mereka sangat sendirian dalam semua hal, meskipun ada banyak orang di sekitarnya.
"Orang-orang percaya bahwa kita dapat mengenali orang yang mengalami depresi dengan mudah karena mereka akan sedih, dan itu tidak benar. Terkadang, orang memasang ekspresi bahagia untuk menunjukkan bagaimana perasaan mereka di dalam," kata penasihat kesehatan mental dari A wellness Coach, Arouba Kabir, seperti dilansir di Hindustan Times, Ahad (5/12).
Counselling Psychologist & Holistic Healer Dr Bakshi's Healthcare, Kashika Gulati, mengatakan, penderita depresi sering kali menutupi emosi, menghindari pertemuan sosial, dan lebih suka menyendiri. Selain itu, mereka kerap memaksakan diri melakukan hal-hal mendasar, kecenderungan melukai diri sendiri, dan berusaha menutupi yang sebenarnya.
Dia mengatakan, hal-hal yang kelihatannya sederhana seperti mandi, potong rambut, potong kuku, menata ruangan, menyikat gigi mungkin tampak sangat sulit untuk mereka lakukan. "Mereka mungkin terlihat mengenakan pakaian yang sama, memilih warna yang sama, makan makanan basi atau tidak makan sama sekali," ujarnya.
Beberapa orang mungkin membuat beberapa perubahan gaya hidup dalam upaya untuk menenangkan pikiran atau mengalihkan perhatian mereka. "Orang-orang ini mungkin melakukan hal-hal seperti olahraga, mendengarkan musik, pijat, spa, berjalan-jalan, dan sebagainya," kata pelatih kesehatan.
Orang yang mengalami depresi mungkin tidak berbagi waktu menangis terkait rahasia mereka. Mereka sering menangis sebelum mengikuti setiap acara, dan kemudian memasang ekspresi bahagia seolah tidak terjadi apa-apa.
Banyak dari gejala ini diabaikan dan tidak diperhatikan karena tabu. Namun, ini adalah cara yang tidak sehat untuk mengatasi problem depresi. Padahal itu adalah kebutuhan untuk membuat orang peka agar lebih mendukung dan menerima. Ini akan memungkinkan mereka rentan sulit percaya pada orang-orang dalam mencari dukungan. Mereka akan lebih menerima diri mereka sendiri dan tidak mencari dukungan karena khawatir dianggap lemah.
Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang umum ditemukan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 280 juta orang di dunia yang mengalami depresi. Pada kasus terburuk, depresi dapat memicu terjadinya bunuh diri.
Tingkat keparahan depresi
Dilansir di laman Mirror, menurut National Health Service, depresi dikenal memiliki tiga tingkat keparahan menurut National Health Service. Pada tingkat yang ringan, depresi dapat memiliki beberapa dampak pada kehidupan sehari-hari.
Depresi tingkat sedang memiliki dampak yang besar dan memengaruhi kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada depresi berat, pasien akan kesulitan untuk menghadapi dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Depresi berbeda dengan perasaan sedih atau kedukaan. Pada depresi, pasien cenderung merasa segala sesuatunya kurang berharga dan pasien juga cenderung tidak bersemangat.
Meski merupakan gangguan kejiwaan, gejala depresi tak hanya bermanifestasi pada gejala-gejala yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan atau psikologis saja. Depresi juga dapat memicu terjadinya gejala-gejala fisik dan sosial.
Beberapa gejala psikologis yang berkaitan dengan depresi adalah memiliki suasana hati yang muram terus-menerus, merasa tak memiliki harapan dan tak berdaya, kepercayaan diri rendah, mudah marah kepada orang lain, hingga tak memiliki motivasi atau minat terhadap hal lain.
Gejala sosial yang bisa terjadi pada pasien depresi adalah kesulitan untuk membina hubungan personal dan profesional. Selain itu, pasien depresi juga cenderung menghindari kontak dengan orang lain.
Pada pasien depresi, ada beberapa gejala fisik yang dapat diwaspadai. Sebagian di antaranya adalah bergerak atau bicara lebih lambat dari biasanya, perubahan nafsu makan yang kemudian memicu penurunan atau kenaikan berat badan, sembelit, dan perasaan nyeri yang tak dapat dijelaskan.
Depresi pun dapat memicu beberapa gejala fisik lain. Misalnya, tubuh terasa kurang berenergi, dorongan seksual menurun, perubahan siklus menstruasi, dan gangguan tidur. Gangguan tidur ini bisa berupa kesulitan untuk tertidur pada malam hari atau terbangun pada pagi hari.
Ada beragam jenis terapi yang dapat membantu pasien depresi. Beberapa contohnya adalah terapi perilaku kognitif dan penggunaan obat. Jenis terapi akan ditentukan oleh psikolog atau psikiater sesuai dengan kondisi pasien.