Survei Ungkap Elektabilitas Tiga Pasang Capres Beda Tipis

Survei Indikator mengungkap belum ada pasangan capres-cawapres dominan.

Infografis Republika.co.id
Lima Nama Capres di Tiga Hasil Survei
Rep: Fauziah Mursid, Nawir Arsyad Akbar Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indikator Politik Indonesia pada Ahad (5/12) merilis hasil survei terakhir terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Hasilnya, jika pilpres dilaksanakan sekarang, tidak ada pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang dominan.

Menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, pihaknya melakukan beberapa simulasi dalam surveinya. Pertama, jika Pilpres 2024 diikuti oleh tiga pasangan yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Menteri BUMN Erick Thohir, lalu pasangan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, serta pasangan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua DPR Puan Maharani.

Hasilnya, masing-masing pasangan ini yakni Anies-Erick memperoleh 28,2 persen, Ganjar-Airlangga 28,8 persen sedangkan Prabowo-Puan 29,6 persen

"Ini betul-betul enggak tahu nih siapa (yang unggul) ini betul-betul statistically, neck to neck, kita enggak tahu lagi siapa yang unggul karena perbedaannya sangat tipis tiga pasangan ini," ujar Burhanuddin dalam keterangannya saat paparan survei, Ahad (5/12).

Kedua, jika simulasi diubah jika sebelumnya Ganjar dengan Airlangga, lalu Ganjar berpasangan dengan Erick Thohir pun tidak berbeda jauh. Anies-Sandiaga 30,8 persen, Ganjar-Erick 31,1 persen, Prabowo-Puan 28,1 persen.

"Ini kalau Ganjar sama Erick lagi-lagi juga tidak ada bedanya sangat signifikan. Artinya ya ideal duel kalau tiga pasangan ini maju," ujar Burhanuddin.

Sementara, jika dilakukan simulasi calon presiden hanya dengan 10 nama, posisi tiga besar yakni Prabowo dengan 26,9 persen, Ganjar 23,2 persen, Anies 16,7 persen, Ridwan Kamil 6,2 persen, Sandiaga Uno 5,2 persen, AHY 4,6 persen, Khofifah 3,1 persen, Erick Thohir 2,3 persen, Puan Maharani 1,1 persen dan Airlangga 0,5 persen. Kemudian, kondisi tidak berubah jika dilakukan simulasi delapan nama.

"Jadi kami belum menemukan data bahwa Pak Prabowo ada di bawah nama Ganjar atau Anies. Jadi survei rutin yang kami gelar menemukan pola Pak Prabowo, masih di peringkat pertama tetapi tidak signifikan terutama dibanding elektabilitas Ganjar, tidak ada yang dapat lebih dari 35 persen," ungkapnya.

Baca Juga


Begitu halnya, jika survei untuk calon wakil presiden dengan simulasi 12 nama. Peringkat tiga teratas yakni Sandiaga dengan 30,6 persen, Ridwan Kamil 13,2 persen, dan Erick Thohir 10,2 persen.

Survei Indikator Politik Indonesia dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 2-6 November 2021. Penarikan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan jumlah responden mencapai 2020 orang. Survei ini memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Pada Sabtu (4/12), Indonesia Political Opinion juga merilis hasil survei terbarunya, Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan, bahwa elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengalami penurunan. Data tersebut berdasarkan hasil survei yang menanyakan masyarakat jika pilpres dilakukan hari ini.

Dari 30 nama yang masuk daftar capres, elektabilitas Prabowo adalah sebesar 8,4 persen. Adapun koleganya dari Partai Gerindra, Sandiaga Salahuddin Uno memiliki elektabilitas sebesar 13,8 persen.

"Terlihat mencolok jika Prabowo mulai ditinggalkan, beralih ke Sandiaga Uno yang mulai merangkak naik menggantikan Prabowo," ujar Dedi dalam diskusi daring, Sabtu (4/12).

Teratas, ada nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan 21,3 persen. Sandiaga sendiri menempati urutan kedua dan di bawahnya ada nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan 11,6 persen.

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebesar 10,2 persen. Posisi keenam, ditempati Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan 7,5 persen dan elektabilitas tokoh lain masih di bawah 5 persen.

Dedi menjelaskan, meningkatnya elektabilitas Sandiaga terjadi akibat masyarakat yang mulai jenuh terhadap Prabowo. Ditambah dengan harapan publik yang menilai mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tepat untuk memimpin.

"Sandiaga Uno, belum memiliki pembenci yang sedemikian kuat sebagaimana yang dimiliki Prabowo, ini tentu dilematis," ujar Dedi.

IPO melakukan survei dengan mengambil representasi data pada periode Maret 2020, Agustus 2020, April 2021 dan Agustus 2021. Jumlah responden adalah sebanyak 1.200 yang tersebar proporsional skala nasional.



BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler