Ketua: ISO 9001:2015 Bukti MUI tak Setengah-Setengah
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali berhasil meraih sertifikat ISO 9001:2015. Sertifikat ini diberikan oleh badan sertifikasi internasional Worldwide Quality Assurance (WQA).
"Sangat membanggakan MUI bisa mempertahankan sertifikat ini sekian kali. Sehingga, MUI bisa dikatakan bisa bersaing dan tidak ketinggalan dengan dunia internasional," ujar Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar dalam kegiatan Penyerahan Sertifikat ISO 9001:2015 di Jakarta, Selasa (7/12).
Ia menyebut, Islam dituntut untuk menunjukkan kesungguhan dan perhatiannya, sehingga tidak setengah-setengah dalam menangani sesuatu. Jika diberikan sebuah kepercayaan, sebagai seorang Muslim maka tentu akan dilaksanakan sebaik-baiknya. Prinsip itulah yang saat ini dimiliki MUI.
Sejauh ini, dalam upaya menerapkan ISO tersebut, MUI berusaha detail dan lengkap dalam melakukan manajemen administrasi. Setiap hal yang dilakukan harus ada catatannya.
"Yang keluar dan masuk, itu semua harus ada catatan-catatan yang betul-betul menjadikan amanah dan kepercayaan umat," lanjutnya.
Lebih lanjut, Miftahul Akhyar juga menyebut perbaikan dan evaluasi akan terus dilakukan. Di samping itu, MUI juga berupaya meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerjanya.
Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas, menyebut dilaksanakannya sertifikasi ini bermula dari keinginan organisasi untuk menjadi sebuah organisasi modern. MUI ingin menjadi organisasi yang dalam bertindak selalu efisien dan efektif, sesuai ciri zaman modern.
"Meskipun MUI sudah berusaha, berbuat sebaik mungkin, tetapi yang namanya kritik tetap ada. Kritik tetap kita dengar dan kita berbenah. Kritik akan dijadikan sebagai alat mengevaluasi diri dan kinerja kita," ucap dia.
Tak hanya itu, Ketua MUI yang baru disebut memiliki sebuah filosofi agar MUI bisa menjadi pemersatu umat dan bangsa. MUI dalam bertindak, berdakwah dan menyampaikan pesan-pesannya dilakukan dengan tujuan untuk mengajak, bukan mengejek.
Filosofi berikutnya adalah MUI merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari solusi bukan simpati, serta membela bukan mencela.
"Ide ini sedang kita coba jalankan baik di pusat dan daerah, dan diketok tularkan ke semua ormas islam. Kita terjemahkan pula dalam ISO ini," ucap Buya Anwar Abbas.