Duh! Pandemi Perparah Kesenjangan Si Kaya dan Si Miskin

Sejak 1995, kekayaan miliarder dunia meningkat dari 1 persen menjadi tiga persen.

Republika/Mardiah
Ilustrasi Kesenjangan Ekonomi
Rep: Rahayu Subekti Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga riset World Inequality Lab mengungkapkan laporan yang memperlihatkan kondisi pandemi Covid-19 memperparah kesenjangan antara si kaya dan si miskin di berbagai negara di dunia. Studi tersebut menemukan ketidaksetaraan yang terjadi akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga


Dalam laporan tersebut, tahun lalu merupakan masa yang menguntungkan bagi para miliarder di dunia. Sementara pada periode yang sama, 100 juta orang tenggelam dalam kemiskinan yang ekstrem.

“Peningkatan ini diperburuk selama pandemi Covid-19. Faktanya, 2020 menandai peningkatan paling tajam dalam catatan kekayaan miliarder global,” tulis laporan tersebut seperti dikutip dari BBC, Selasa (7/12).

Laporan setebal 228 halaman itu juga menyebutkan sejak 1995, kekayaan miliarder meningkat dari 1 persen menjadi tiga persen. Sebanyak satu persen orang terkaya di dunia telah mengambil lebih dari sepertiga dari semua kekayaan tambahan yang terkumpul sejak 1995, sedangkan 50 persen terbawah hanya memperoleh dua persen.

“Kekayaan miliarder naik lebih dari 3,6 triliun euro, 100 juta lebih banyak orang bergabung dengan barisan kemiskinan ekstrem,” kata Direktur World Inequality Lab Lucas Chancel.

Para peneliti menemukan 52 orang terkaya di dunia melihat nilai kekayaan mereka tumbuh sebesar 9,2 persen per tahun selama 25 tahun terakhir. Angka tersebut jauh di atas kelompok sosial yang kurang kaya.

Eropa merupakan wilayah yang paling setara di dunia dengan 10 persen terkaya mengambil 36 persen dari bagian pendapatan. Timur Tengah dan Afrika Utara merupakan yang paling tidak setara dengan 10 persen terkaya mengambil 58 persen dari pendapatan.

Untuk mengatasi ketidakseimbangan, para ekonom menyarankan pajak kekayaan progresif sederhana pada multijutawan global untuk mendistribusikan kembali kekayaannya. Ekonom juga menyarankan adanya tindakan lebih keras terhadap penghindaran pajak.

“Mengingat volume besar konsentrasi kekayaan, pajak progresif sederhana dapat menghasilkan pendapatan yang signifikan bagi pemerintah," kata laporan tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler