Video Indikasikan Pesta Saat Lockdown di Rumah Perdana Menteri Buat Publik Inggris Marah

Perdana Menteri Inggris minta maaf atas video yang menggegerkan publik

AP/Frank Augstein
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson minta maaf atas video yang menggegerkan publik. Ilustrasi.
Rep: Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meminta maaf atas video yang menunjukkan stafnya menertawakan dan membuat lelucon mengenai pertemuan di Downing Street selama larangan pesta Natal tahun lalu karena pandemi virus corona. Downing Street merupakan jalan kediaman resmi perdana menteri Inggris.  

Johnson mengaku ia marah saat melihat cuplikan video tersebut. Ia berulang kali menegaskan tidak ada pesta di kediaman kepala pemerintahan Inggris selama peraturan pembatasan sosial Covid-19 diberlakukan.

"Saya meminta maaf tanpa syarat atas pelanggaran yang menyebabkan naik turunnya negara dan saya meminta maaf atas kesan yang ditimbulkannya," kata Johnson pada parlemen, Rabu (8/12).

Ia menambahkan akan ada tindakan disipliner apabila ternyata ada peraturan yang dilanggar. Johnson dan menteri-menterinya berulang kali membantah peraturan pembatasan sosial pada akhir 2020. Walaupun surat kabar Mirror melaporkan Johnson berbicara di sebuah pesta perpisahan dan timnya berkumpul bersama sekitar 40 hingga 50 orang.

Namun sebuah video yang disiarkan ITV menunjukkan mantan juru bicara Johnson, Allegra Stratton, tertawa dan membuat candaan mengenai pertemuan di Downing Street pada tahun 2020 di sebuah gladi resik konferensi pers rutin. "Saya telah melihat laporan-laporan di Twitter terdapat pesat Natal Downing Street pada Jumat malam, Anda mengetahui laporan-laporan ini," kata penasihat Johnson pada Stratton di video tersebut.

Stratton yang berdiri di samping bendera Inggris di podium resmi Downing Street terkekeh. "Saya pulang ke rumah," katanya sambil tertawa dan tersenyum.

"Tunggu sebentar, tunggu, um, erh, arh," lanjut Stratton yang tampaknya kehabisan kata-kata.

Saat pertemuan di Downing Street itu, puluhan juta rakyat Inggris dilarang bertemu orang-orang terdekat mereka untuk merayakan Natal. Ketika itu kerabat tidak bisa mengucapkan salam terakhir pada pasien yang sudah meninggal.

Baca Juga


Video itu memicu kritikan keras dari masyarakat di Twitter. Mereka mengungkapkan rasa jijik pada Downing Street yang tampaknya menertawakan pelanggaran peraturan. Beberapa orang mempertanyakan apakah mereka perlu mematuhi Johnson jika ia kembali menerapkan peraturan Covid-19.

Hampir 146 ribu orang meninggal dunia karena Covid-19 di Inggris dan Johnson mempertimbangkan memperketat peraturan pembatasan sosial usai varian Omicron ditemukan. 'Lelucon menjijikkan' tulis surat kabar Daily Mail di judul berita utamanya.

'Pesta Badut Nomor 10' tulis surat kabar Metro. Sementara the Guardian menulis 'PM diduga berbohong setelah tim nomor 10 direkam menertawakan pesta'. Nomor 10 merupakan kediaman perdana menteri Inggris di Downing Street.

Beberapa bulan terakhir, Johnson menerima kritikan intensif atas kegagalan menangani skandal seperti memberikan kontrak Covid-19 yang menguntungkan pihak tertentu, memperbaiki flatnya di Downing Street, dan mengklaim telah memastikan hewan peliharaan turut dievakuasi dari Afghanistan sementara ribuan orang yang membutuhkan pertolongan ditinggalkan.

Ketua Partai Buruh Keir Starmer mengatakan video itu merupakan penghinaan bagi masyarakat yang mengikuti peraturan pembatasan sosial ketika masyarakat dipisahkan dari keluarganya selama Natal. "Mereka memiliki hak untuk berharap pemerintah melakukan hal yang serupa. Berbohong dan menertawakannya kebohongan itu memalukan. Sekarang perdana menteri harus terus terang dan meminta maaf," kata Starmer dalam pernyataannya.

Ketua Partai Nasional Skotlandia, oposisi kedua di parlemen, Ian Blackford, meminta Johnson mundur. Anggota parlemen Partai Konservatif Roger Gale mengatakan jika pemerintah sengaja membohongi House of Commons, maka hal itu merupakan isu untuk pengunduran diri.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler