Serangan ke Kamp Palestina Bunuh Tiga Anggota Hamas
Satu tersangka dalam serangan itu telah ditahan oleh Keamanan Nasional Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebanyak tiga anggota kelompok Hamas meninggal dunia dan lainnya terluka dalam penembakan di kamp Palestina Burj al-Shemali di Lebanon pada Ahad (12/12). Hamas menyalahkan pertumpahan darah itu pada pasukan saingan yang setia kepada Otoritas Palestina (PA).
Dua pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters sebelumnya bahwa empat orang telah meninggal. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Hamas mengatakan anggota Pasukan Keamanan Nasional yang berasal dari PA melakukan serangan itu.
"Kami menganggap kepemimpinan Otoritas di Ramallah dan dinas keamanan mereka di Lebanon bertanggung jawab penuh atas kejahatan itu," kata pernyataan Hamas.
Tentara Lebanon mengatakan satu tersangka dalam penembakan itu telah ditahan oleh Keamanan Nasional Palestina. Duta besar Palestina untuk Lebanon, Ashraf Dabour, menolak tuduhan Hamas.
"Ini adalah tindakan yang ditolak dan dikutuk ... Komite investigasi akan mengungkapkan siapa yang berdiri di belakangnya. Kami telah melakukan kontak dengan para pemimpin Hamas dan meminta mereka menunggu hasil investigasi," ujar Dabour.
Penembakan itu terjadi selama pemakaman seorang pendukung Hamas yang tewas dalam ledakan di kamp di kota pelabuhan Tirus, Lebanon selatan, pada Jumat (10/12) malam. Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ledakan pada Jumat malam itu disebabkan oleh gangguan listrik di gudang yang berisi tabung oksigen dan gas untuk pasien Covid-19, serta deterjen dan desinfektan.
Sejumlah faksi Palestina bersenjata, termasuk Hamas dan gerakan Fatah, memegang kendali efektif atas sekitar selusin kamp Palestina di Lebanon. Wilayah ini tidak boleh dimasuki oleh otoritas Beirut.
PA dan Hamas telah menjadi saingan sengit sejak perang saudara singkat di Jalur Gaza pada 2007. Peristiwa itu berakhir dengan Gaza dalam kendali Hamas, sementara PA terus memiliki kendali terbatas atas Tepi Barat yang diduduki Israel. Beberapa upaya rekonsiliasi sejak itu gagal untuk mengakhiri perselisihan pembagian kekuasaan antara kedua belah pihak.