Sidebar

Saudi Perbolehkan Konferensi Filsafat

Tuesday, 14 Dec 2021 11:43 WIB
Filsafat Islam (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Sebuah konferensi internasional besar tentang filsafat telah diadakan di Arab Saudi. Acara ini bertujuan untuk mendorong pemikiran kritis. Filsuf Amerika Serikat terkemuka Michael Sandel termasuk di antara sejumlah akademisi yang ambil bagian dalam acara tiga hari di Riyadh. Dalam penampilan virtual, profesor Harvard ini mengatakan kepada penyelenggara bahwa dia tidak ingin memberikan kuliah, tetapi berusaha untuk terlibat langsung dengan pemuda Saudi, termasuk perempuan.

Dikutip dari BBC, selama sesi yang disiarkan langsung di YouTube dari pusat konferensi di Perpustakaan Nasional Raja Fahad, Sandel dengan hati-hati membicarakan masalah penalaran kritis dan filosofi moral dengan empat mahasiswa Saudi. Di negara di mana hanya ada sedikit tradisi mempertanyakan status quo agama, politik, dan sosial secara publik, ini dengan sendirinya merupakan tindakan yang tidak biasa dan berpotensi subversif.

Sandel mengatakan terkesan dengan tanggapan para mahasiswa yang tidak ada yang secara formal belajar filsafat. Dia mengatakan dia dikejutkan oleh rasa lapar mereka untuk berdebat tentang pertanyaan etis yang besar.

Hal ini dibuktikan oleh mahasiswa itu sendiri  dengan membuka matanya untuk berbagai topik yang tidak diketahui. Dia mengatakan bahwa berpikir kritis adalah penting bagi kehidupan manusia.

Menteri Pendidikan Arab Saudi sebelumnya mengumumkan tahun lalu bahwa persiapan sedang dilakukan untuk memasukkan pemikiran kritis dan filosofi ke dalam kurikulum. Dia telah digantikan dan rencana itu tampaknya tertunda.

Tapi acara tersebut akhirnya dapat terselenggara. Kementerian Kebudayaan Saudi mengatakan bahwa memimpin transformasi budaya untuk mengembangkan ekosistem yang kaya untuk memelihara kreativitas dan mengeluarkan bentuk ekspresi baru dan menginspirasi.

Pemikiran bebas ini sering kali menjadi masalah di Saudi. Seorang pria Saudi ditangkap bulan lalu atas tuduhan bid'ah di media sosial, sementara seorang jurnalis Yaman baru-baru ini dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena murtad.

Baca Juga


Berita terkait

Berita Lainnya