Kenaikan Impor Jadi Sinyal Positif Ekonomi Domestik
Tren kenaikan impor juga diproyeksi akan bertahan hingga awal tahun 2022.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan impor yang cukup tajam sepanjang November dinilai menjadi sinyal positif bagi ekonomi domestik di akhir tahun ini. Tren kenaikan impor juga diproyeksi akan bertahan hingga awal tahun 2022 mendatang.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, mengatakan, nilai impor yang tembus 19,33 miliar dolar AS pada bulan lalu menjadi indikasi baik. Nilai itu naik Naik 18,62 persen secara bulanan (mtm) sekaligus melonjak 52,62 persen jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (yoy).
"Ini karena sebagian besar peningkatannya disumbang dari bahan baku dan barang modal. Jadi kebutuhan-kebutuhan produksi itu yang meningkatkan impor," kata Riefky saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (15/12).
Diketahui, nilai impor bahan baku tercatat tembus hingga 14,33 miliar dolar AS. Nilai itu meningkat 16,41 persen mtm dan 60,49 persen yoy. Sementara impor barang modal mengalami mencapai 3 miliar dolar AS. BPS mengatakan impor barang modal naik 25,17 persen mtm dan juga naik 23,09 persen yoy.
Riefky mengatakan, tingginya kenaikan impor itu juga yang menyebabkan adanya penurunan surplus dagang pada November. Surplus dagang November 2021, tercatat 3,51 miliar dolar AS atau menurun dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,7 miliar dolar AS.
"Ekspor kita memang masih naik tapi tidak sebesar bulan-bulan sebelumnya. Namun impor naiknya lumayan drastis makanya capaian surplus dagang turun," kata dia.
Pada Desember 2021, Riekfy memproyeksi nilai impor akan kembali mengalami kenaikan. Sebab, momen Natal dan Tahun Baru menjadi faktor musiman yang meningkatkan kebutuhan barang konsumen dan memicu kenaikan impor.
Adapun pada awal 2022 mendatang impor bahan baku dan barang modal diproyeksi masih tetap kuat. Hal itu dipicu oleh tren pertumbuhan ekonomi domestik yang terus meningkat didorong oleh aktifnya kegiatan industri dan kepercayaan konsumen di dalam negeri.
"Kita masih melihat sentimen positif pada awal tahun depan," katanya.
Kepala BPS, Margo Yuwono, menyampaikan, nilai impor November 2021 tercatat sebesar 19,33 miliar dolar AS. Naik 18,62 persen secara bulanan (mtm) sekaligus melonjak 52,62 persen jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (yoy).
"Total impor maupun impor non migas menunjukkan peningkatan dari dua tahun sebelumnya," kata Margo dalam konferensi pers, Rabu.
Kendati impor meningkat, bukan berarti terdapat sinyal negatif terhadap perekonomian dalam negeri. Dilihat berdasarkan penggunaan barang, BPS mencatat impor barang konsumsi mencapai 2 miliar dolar AS, naik 25,89 persen mtm dan 53,84 persen yoy.
Adapun impor barang konsumsi yang mengalami kenaikan cukup tinggi yakni seperti produk sayuran dan buah-buahan serta produk farmasi. "Impor konsumsi yang naik mengindikasikan daya beli masyarakat semakin membaik," katanya menambahkan.
Kenaikan impor bahan baku dan barang modal menunjukkan sektor industri sudah meningkatkan kapasitas produksinya. "Ini menunjukkan pemulihan ekonomi sudah mulai terjadi," kata Margo.
Margo menambahkan, naiknya nilai impor sepanjang November 2021 juga dapat disebabkan kenaikan permintaan barang menjelang momen Natal dan Tahun Baru. Pasalnya, masyarakat maupun industri tentunya akan melakukan persiapan agar dapat memenuhi permintaan konsumen.
"Kepastiannya kita belum tahu apakah terkait Nataru atau tidak, tapi kita bisa menarik satu arah ke sana," katanya.