Kusno, Penyuluh Lingkungan dari Lereng Gunung Slamet

Transfer ilmu dari pemerintah ke masyarakat di wilayahnya begitu kurang.

dokpri
Kusno, penyuluh lingkungan di lereng Gunung Slamet.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Idealisa Masyrafina


"Pak, jangan mati dulu ya."

Pesan blak-blakan seorang remaja tersebut rupanya membuat Kusno (53 tahun) tersentuh. Usia Kusno belum terlampau tua. Dengan motor tuanya ia masih kemana-mana melakukan penyuluhan lingkungan.

Remaja tersebut merupakan salah satu peserta yang ikut serta dalam penyuluhan konservasi dan penanaman pohon di lereng Gunung Slamet pada Maret 2020 lalu. Saat itu, penyuluhan lingkungan yang dilakukannya membuat mata sekitar 100 generasi milenial dari enam kabupaten terbuka. 

Banyak dari mereka memberikan pesan yang serupa, mendoakannya panjang umur agar dapat terus memberikan edukasi mengenai lingkungan. Dari TK hingga perguruan tinggi, lalu masyarakat luas, semua menjadi target edukasi lingkungan yang digeluti Kusno.

Berkecimpung di dunia lingkungan sejak belasan tahun lalu membuat Kusno menyadari satu hal penting: kaderisasi dan kontribusi masyarakat luas sangat krusial untuk kelestarian lingkungan. "Harapan saya semua lini masuk, semua masyarakat berkewajiban untuk menjaga lingkungan," ujar Kusno kepada Republika beberapa waktu lalu.

Inilah yang diupayakannya sejak awal tahun 2000. Pada zaman reformasi saat itu, Kusno yang dari Jakarta dan baru saja kembali ke kampungnya di Desa Baseh, Kabupaten Banyumas, menyadari bahwa transfer ilmu dari pemerintah ke masyarakat di wilayahnya begitu kurang. Terutama ilmu terkait lingkungan, berkaca dari banyaknya pencurian kayu (illegal logging) di wilayah Gunung Slamet.

Kusno tidak menyalahkan masyarakat yang melakukannya karena faktor ekonomi. Masyarakat saat itu memang kurang pengetahuan mengenai pentingnya tanaman untuk menjaga kelestarian sumber air dan mencegah bencana alam.

Prihatin oleh kondisi lingkungan di wilayahnya saat itu, Kusno pun mulai melakukan penyuluhan secara mandiri kepada masyarakat desanya. Ia mengajarkan mengenai kesuburan tanah, air dan hasil ekonomi dari berbagai kegiatan yang menjaga lingkungan. "Akhirnya masyarakat mulai tertarik, kemudian mereka membuat kelompok masyarakat desa hutan di 2005 di desa saya. Lalu desa lain juga," tutur Kusno.

Kusno pertama kali menyadari hasil nyata dari penyuluhannya ketika illegal logging di Gunung Slamet berkurang. Dari 206 batang kayu hasil illegal logging di 2006, berkurang menjadi empat batang kayu di 2007 hingga 0 di 2008. Ia pun bertekad untuk melanjutkan upayanya untuk memberikan penyuluhan lingkungan. Dari penanaman bibit, penyuluhan mengenai sampah, pembuatan pupuk cair, dan banyak lainnya. Mulai dari pelestarian lingkungan hingga budidaya hasil hutan bukan kayu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Edukasi yang diajarkannya juga tidak melulu soal kontribusi secara langsung di bidang lingkungan. Baginya, semua masyarakat bisa punya andil dalam membantu melestarikan lingkungan. Misalnya, saat melakukan kegiatan penanaman, ada seorang pemilik warung nasi kecil yang menyediakan 70 bungkus nasi untuk para peserta. "Semua bisa berkontribusi sesuai dengan porsinya masing-masing. Bisa dengan membawa bibit sendiri, memberikan donasi bahkan memberi konsumsi seperti itu," kata Kusno.

Berkat kiprahnya di bidang lingkungan, Kusno pernah meraih berbagai penghargaan, di antaranya Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat Nasional di 2009 dan Kalpataru Pembina Lingkungan di 2011. Ia pun pernah melakukan penyuluhan hingga ke berbagai wilayah, bahkan membantu banyak mahasiswa dan peneliti di bidang lingkungan.

Hingga kini, Kusno masih terus bergerak sebagai penyuluh swadaya, yang menurutnya lebih memberikannya fleksibilitas dalam bekerjasama dengan berbagai pihak, baik Pemerintah maupun swasta.

Satu hal yang diharapkannya, agar ada banyak pihak memperhatikan kondisi penyuluh swadaya seperti dirinya yang kekurangan alat perangkat untuk memberikan edukasi ke masyarakat. Apalagi di masa dimana isu perubahan iklim semakin kencang. "Saya butuh alat penyuluhan motivasi lingkungan. Apalagi dalam menghadapi perubahan iklim, generasi kita harus lebih paham," tutur Kusno.

Semua honor yang didapatnya dari melakukan penyuluhan dengan berbagai pihak kembali digunakannya untuk membuat penyuluhan secara mandiri.

Penyuluhan terakhir yang ia lakukan yaitu padas November lalu, Kusno memberikan pelatihan menanam pada siswa TK dengan benih dan media tanam yang diberikan secara cuma-cuma oleh berbagai pihak. "Sampai hari ini saya masih melakukan penyuluhan. Insya Allah rezeki selalu ada untuk itu," kata Kusno.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler