Omicron Gejalanya Memang Lebih Cemen, Tapi Coba Lihat Inggris

Menkes sebut orang pertama yang terinfeksi varian omicron di Indonesia tak bergejala.

ANSA
Gambar pertama varian omicron dirilis oleh pakar dari ANSA, Italia. Peneliti membandingkan mutasi yang terjadi pada spike protein omicron dibandingkan dengan varian delta. WHO mengingatkan jangan ada narasi bahwa infeksi omicron hanya penyakit ringan.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebanyakan kasus infeksi varian omicron memang cemen. Malahan, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, petugas kebersihan Wisma Atlet Jakarta berinisial N yang positif Covid-19 akibat omicron sudah sembuh.

Budi menyebut, N tidak memiliki gejala. Ia mengungkapkan, N tidak mengalami demam maupun batuk.

"Hasil tes RT PCR-nya negatif setelah tiga hari berikutnya," kata Budi saat menyampaikan keterangan pers perkembangan Covid-19 yang diikuti melalui Zoom di Jakarta, Kamis siang.

Petugas kebersihan itu diketahui positif Covid-19 pada Rabu (8/12) pekan lalu saat pemeriksaan RT PCR rutin di Wisma Atlet Jakarta. Hasil genom sequensing yang keluar pada Rabu (15/12), N terkonfirmasi positif varian omicron dan menjalani isolasi di asrama Wisma Atlet.

"Hingga sekarang belum muncul laporan transmisi komunitas dari kasus tersebut," kata Budi.

Meski gejalanya cemen atau bahkan tak menimbulkan gejala, varian omicron tetap tak bisa diremehkan. Omicron kini telah menyebar di 78 negara.

Penyebaran ke puluhan negara itu terjadi dalam tiga pekan sejak ditemukan pada 24 November di Afrika Selatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memperingatkan bahwa omicron menyebar tidak seperti varian SARS-CoV-2 lain yang ada sebelumnya.

"Omicron menyebar pada tingkat yang belum pernah terlihat dengan varian sebelumnya," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi pers pada Selasa.

Pejabat kesehatan di Inggris juga telah memperingatkan bahwa varian omicron dari SARS-CoV-2 adalah ancaman paling signifikan bagi kesehatan masyarakat di negaranya. Menurut data pemerintah, Inggris mencatat 78.610 kasus Covid-19 baru pada Rabu pagi, rekor harian tertinggi terkonfirmasi laboratorium sejak awal pandemi.

"Angka infeksi Covid-19 di hari-hari mendatang akan "cukup mengejutkan" dibandingkan varian sebelumnya," kata Jenny Harries, kepala UK Health Security Agency, dikutip NBC, Kamis.

Varian dominan

Selang dua pekan setelah kasus pertama terdeteksi di Inggris, omicron telah menjadi varian dominan di London. Lebih dari 5.300 kasus omicron terdeteksi di Inggris, 10 orang di antaranya dirawat di rumah sakit dan satu orang meninggal akibat infeksi varian baru tersebut.

Menurut WHO, kemungkinan omicron sudah ada di sebagian besar negara, meskipun belum terdeteksi. Jumlah mutasi omicron yang luar biasa tinggi pada lonjakan proteinnya dengan cepat memicu kekhawatiran bahwa itu akan lebih menular daripada varian lain dan berpotensi menghindari perlindungan yang diinduksi vaksin.

Beda gejala infeksi varian omicron dan delta. - (Republika)

Data awal dari Afrika Selatan menghubungkan varian tersebut dengan lebih sedikit rawat inap. Akan tetapi, para ahli memperingatkan bahwa dinamikanya mungkin tidak sama untuk setiap negara.

Baca Juga



Menurut WHO, situasi Afrika Selatan kemungkinan lebih berkaitan dengan proporsi yang sangat tinggi dari warganya yang sudah pernah kena Covid-19. WHO mengingatkan untuk tidak memperlakukan varian omicron sebagai strain ringan karena virus tersebut juga dapat menyebabkan penyakit parah.

"Kita tahu bahwa orang yang terinfeksi omicron dapat memiliki spektrum penyakit yang lengkap, mulai dari infeksi tanpa gejala hingga penyakit ringan, hingga penyakit parah, hingga kematian," Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Covid-19 WHO saat konferensi pers pada Selasa.

Sehari setelahnya, Van Kerkhove mengatakan bahwa peningkatan penularan akan mengakibatkan lebih banyak rawat inap yang membebani sistem perawatan kesehatan. Beberapa di antaranya akan gagal menangani banjir kasus Covid-19.

"Ketika sistem terbebani, maka orang akan mati. Kita harus benar-benar berhati-hati agar tidak ada narasi di luar sana bahwa itu hanya penyakit ringan," ujar Van Kerkhove.

Orang tua, orang dengan penyakit kronis, dan orang yang tidak divaksinasi masih berisiko terkena penyakit parah, menurut Van Kerkhove. Sementara itu, Dr Mike Ryan selaku direktur program kedaruratan kesehatan WHO, mengatakan, varian omicron berlipat ganda setiap dua hari atau kurang di Inggris.

"Jika Anda memiliki 100 ribu kasus hari ini, akan ada 200 ribu kasus dalam waktu dua hari, lalu kemudian menjadi 400 ribu dua hari berikutnya, dan bertambah jadi 800 ribu dua hari setelahnya," kata Ryan.

Selama sepekan, menurut Ryan, jumlah kasus yang sebenarnya dapat meningkat delapan atau 10 kali lipat. Itulah yang dikhawatirkannya.

Cegah penularan

Van Kerkhove mengatakan masyarakat perlu melanjutkan praktik pencegahan Covid-19, termasuk memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Ia menyerukan warga dunia untuk bertindak mencegah penularan Covid-19 sedari awal.

"Jangan tunggu sampai kita mulai melihat peningkatan rawat inap," katanya.

Gambar pertama varian omicron dirilis oleh pakar dari ANSA, Italia. Peneliti membandingkan mutasi yang terjadi pada spike protein omicron dibandingkan dengan varian delta. - (ANSA)

Van Kerkhove mencatat bahwa beberapa negara sudah melihat peningkatan kasus rawat inap. Ia pun mengingatkan potensi penambahan kasus Covid-19 selama musim liburan.

"Saat liburan akan datang, ada lebih banyak interaksi sosial ... orang perlu mengevaluasi dan mengevaluasi kembali apa yang mereka lakukan, dan membuat keputusan yang terbaik untuk diri sendiri dan keluarganya."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler