60 Persen Artikel Media Inggris Gambarkan Islam secara Negatif
IHRAM.CO.ID, LONDON -- Hampir 60 persen artikel media Inggris menggambarkan Islam secara negatif. Tak hanya itu, satu dari lima artikel mengaitkan agama dengan terorisme atau ekstremisme.
Hal tersebut diungkap dalam sebuah laporan penelitian yang membahas perihal liputan yang dilakukan media di Inggris terhadap Muslim dan Islam. Laporan yang dilakukan 'Center for Media Monitoring' ini menganalisis lebih dari 48.000 artikel daring dan 5.500 klip siaran, dari 34 organisasi media antara 2018 dan 2019. Studi tersebut dilakukan atas komisi dari Dewan Muslim Inggris.
Studi setebal 162 halaman ini disambut baik oleh editor publikasi, termasuk The Mirror dan The Sunday Times. Mereka mengatakan outlet berita memiliki tugas mempertahankan akurasi dan keadilan kepada audiens mereka.
Dilansir di Independent, Kamis (16/12), laporan tersebut mengungkapkan 59 persen outlet media daring mengaitkan Muslim dan Islam dengan aspek atau perilaku negatif. Di sisi lain, surat kabar dan layanan telegram yang berhaluan kanan kemungkinan besar melakukan hal yang sama.
Studi yang sama juga ditemukan 47 persen dari semua klip siaran yang dianalisis menggambarkan Islam dan Muslim secara negatif. Satu dari 10 artikel salah mengartikan agama ini.
Temuan penting lainnya adalah, tujuh persen artikel yang dianalisis membahas seputar generalisasi, dengan sebagian besar dibuat tentang topik terorisme dan ekstremisme (25 persen), diikuti oleh politik (18 persen) dan Timur Tengah (17 persen).
Setelah dipublikasikan, editor The Mirror Alison Phillips mengatakan, laporan yang dilakukan oleh Center for Media Monitoring ini menunjukkan betapa jurnalis harus mempertanyakan diri sendiri dan pekerjaan yang dihasilkan, kaitannya dengan pelaporan terkait Muslim dan Islam.
“Setiap orang yang bekerja di media memiliki kewajiban untuk memastikan konten yang mereka buat adil dan bertanggung jawab. Tugas itu lebih besar lagi, bagi mereka yang bekerja dalam pemberitaan yang membentuk debat nasional. Laporan ini mencatat sebagian besar misrepresentasi media masih terjadi dalam berita yang dibuat,” kata dia.
Di sisi lain, editor The Sunday Times Emma Tucker mengatakan, ia menyambut baik adanya laporan ini. Ia menyadari isi dari laporan tersebut merupakan kritik terhadap pers, termasuk makalahnya sendiri.
"Kami masih memiliki jalan panjang untuk memperbaiki kondisi ini. Tetapi, orang-orang yang membuat keputusan di ruang redaksi adalah cerminan yang lebih akurat dari publik yang mereka layani," ujarnya.