Mempertanyakan Keyakinan Pemerintah Atas Belum Adanya Transmisi Omicron di Level Komunitas

Berbeda dengan pemerintah, ahli meyakini Omicron telah menular di level komunitas.

Republika/Putra M. Akbar
Seorang pengamen badut berdiri dengan latar belakang RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/12). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan satu kasus positif Covid-19 akibat penularan varian B.1.1.529 atau Omicron di Indonesia, yang terdeteksi berasal dari pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran berdasarkan hasil pemeriksaan Balitbangkes dan diuji genome. Republika/Putra M. Akbar
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Kamis (16/12) mengumumkan temuan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di Indonesia, seorang petugas kebersihan berinisial N yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Namun, Budi memastikan, pihaknya belum melihat adanya penularan Omicron berbasis komunitas atau penularan di level komunitas.

Diketahui, pasien dengan inisial N tersebut tidak memiliki riwayat berpergian ke luar negeri. Namun, menurut Budi, kasus seperti ini juga terjadi di Hongkong.

Baca Juga



"Kita belajar dari Hongkong memang terjadi juga seperti itu. Jadi karena dia melayani pasien sehingga akibatnya dia tertular," terang Budi

Meskipun terkonfirmasi varian Omicron, N tidak menunjukkan gejala Covid-19. "Masih sehat tanpa demam, tanpa batuk-batuk, dan saat ini sudah di RT PCR kembali setelah tiga hari berikutnya dan hasil tes PCR negatif," terang Budi.

Hingga kini, sambung Budi, Selain temuan kasus konfirmasi varian Omicron, Kementerian Kesehatan juga mengidentifikasi adanya lima kasus probable Omicron. Kelimanya telah dikarantina dan sudah dilakukan pemeriksaan khusus yang sudah dikirimkan Balitbangkes. Hasilnya akan diketahui 3 hari mendatang untuk melihat apakah sampel tersebut positif omicron atau bukan.

“Dengan pemeriksaan khusus SGTF, kita mendeteksi lima kasus probable Omicron dua kasus warga Indonesia yang baru balik dari Inggris dan AS, tiga lainnya WNA dari Tiongkok yang ke Manado yang sekarang dikarantina di Manado,” tutur Budi.

Ahli Virologi Universitas Udayana I Gusti Ngurah Kade Mahardika meyakini sudah adanya transmisi komunitas varian Omicron.  "Saya yakin sudah terjadi transmisi komunitas. dan saya lihat tidak sekali saja (varian Omicron) masuk ke Indonesia. Ada kemungkinan multiple introduction," kata Mahardika kepada Republika, Kamis (16/12).

Menurut Mahardika, saat ini cara yang dilakukan oleh Pemerintah yakni pemantauan atau monitor terhadap mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dengan WGS tidaklah efektif. Hal itu lantaran lamanya durasi waktu yang dibutuhkan untuk sekedar mengetahui varian apa saja yang terdeteksi.

"Waktu yang diperlukan dari sampel diambil sampai sequence 14 hari. Dia (N) pun sudah hampir 10 hari. Artinya virusnya sudah lebih itu sebelum ketahuan. Nah, apakah yang bersangkutan (N) sudah sempat menulari. Jadi menurut saya virus itu sudah menular di komunitas, "jelasnya.

Ia pun memperingatkan adanya puncak gunung es pada penyakit menular yakni apa yang terlihat saat ini hanyalah bagian kecil dari yang tidak terlihat. Karena, masih banyak hal yang belum diketahui mengenai virus yang menular dengan cepat tersebut.

"Asusmi para ahli ada kasus yang belum terlihat," tegasnya.



Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Prof Tjandra Yoga Aditama mengaku tak heran varian Omicron sudah masuk d i Tanah Air. Karena hingga Selasa (14/12), sudah ada 77 negara yang melaporkan kasus varian Omicron.

"Dan karena itu memang sangat bisa dimengerti bahwa hari ini pertama kali dilaporkan Omicron di negara kita," kata Tjandra dalam pesan singkatnya, Kamis (16/12).

Adapun, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah menelusuri dengan sangat luas tentang siapa saja yang kontak dengan kasus Omicron ini. Selain itu, juga perlu dinilai apakah sudah terjadi transmisi komunitas atau tidak.

"Khususnya kalau kasus yang positif memang tidak ada riwayat perjalanan ke negara terjangkit. Harus di identifikasi apakah memang sudah ada sustained transmission atau penularan berkelanjutan atau tidak," ujar Tjandra.

Ia menekankan, ada empat hal yang perlu dilakukan pemerintah sekarang ini. Yakni, meningkatkan tes (baik PCR dan juga sekuens genomik, secara sistematis dan luas) dan telusur pada sebagian besar kontak dari seorang kasus, tidak cukup ditetapkan hanya delapan misalnya.

Pemerintah juga harus terus menggenjot cakupan vaksinasi, karena hingga kini masih sekitar separuh penduduk Indonesia belum mendapat vaksinasi penuh, dan bahkan masih sekitar dua pertiga lansia kita yang belum terlindungi dengan vaksin memadai. Ketiga, pemerintah harus melakukan pembatasan sosial sesuai dengan perkembangan epidemiologi yang ada.

"Dan untuk ini ada dua hal penting yaknibata yang tersedia harus akurat dan alau ada peningkatan kasus maka jangan sampai terlambat untuk melakukan pengetatan pembatasan sosial," terang Tjandra.

Keempat, semua keputusan pemerintah harus diambil berdasar bukti ilmiah. Dalam hal ini perlu diingat bahwa mungkin saja ada berbagai pendapat pakar terhadap suatu masalah, dan untuk itu perlu penapisan yang cermat.

"Untuk kita anggota masyarakat luas maka harus tetap ketat melakukan protokol kesehatan, 3 M dan 5 M, dan ini memang perlu menjadi bagian dari gaya hidup, bukan hanya dalam konsep new normal tetapi menjadi now normal," tegas Tjandra.

Untuk mencegah penularan varian Omicron pada level komunitas, Pemerintah pada Kamis (16/12) malam memutuskan untuk mengisolasi RSDC Wisma Atlet Kemayoran sepekan ke depan.

“Perkembangan situasi terakhir menjadikan pemerintah harus bertindak cepat mencegah terjadinya transmisi lokal virus Varian Omicron. Isolasi RSDC adalah langkah yang diharapkan efektif untuk tujuan tersebut,” ujar Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal Suharyanto dalam siaran pers Kamis (16/12) malam.

Suharyanto mengatakan, keputusan ini diambil berdasarkan rapat koordinasi dengan Menko Marinvest, Menteri Kesehatan, TNI, dan Satgas Penanganan Covid-19, yang dilanjutkan dengan rapat teknis dengan kementerian lembaga terkait pada Kamis (16/12).

RSDC Wisma Atlet Kemayoran merupakan rumah sakit khusus untuk merawat pasien Covid-19 sejak pandemi melanda Indonesia pada pertengahan Maret 2020. Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa tower rumah sakit ini difungsikan sebagai tempat karantina pelaku perjalanan internasional, melengkapi Wisma Atlet Pademangan.

Pemerintah juga membuka Rusun Nagrak, di Cilincing Jakarta Utara untuk karantina terpusat bagi PMI, Pelajar, dan ASN sebagai cadangan tempat karantina.

"Rusun Nagrak memiliki kapasitas lebih dari 4.000 tempat tidur. Dua hari lalu, saya sudah mengecek kesiapannya," ujarnya.

Suharyanto juga meminta bagi pasien yang sudah selesai masa karantina di Tower 4 RSDC Wisma Atlet, selama 14 hari ke belakang, untuk terus memantau kondisi kesehatan. Apabila terjadi gejala diharapkan segera melapor ke puskesmas di wilayahnya.

“Saya mengimbau agar masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada dengan memperketat protokol kesehatan, segera melakukan vaksinasi, dan menghadapi Natal dan Tahun Baru dengan mengurangi mobilitas,” tuturnya.

 

Gejala Ringan tak Lazim Pasien Omicron - (Infografis Republika.co.id)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler