Dirjen Bimas Islam Terima Atase Saudi, Ini yang Disepakati
IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kamaruddin Amin menerima kunjungan atase Agama Saudi, Senin (2/12). Kunjungan atase yang diwakili Syekh Ahmad al-Hazimi ini untuk menindaklanjuti hasil kunjungan kerja Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas beberapa pekan yang lalu.
"Alhamdulillah baru saja menerima atase agama Saudi mendiskusikan hasil kunjungan Gus Men ke Saudi beberapa waktu lalu," kata Kamaruddin Amin saat dihubungi Republika, Selasa (21/12).
Kamaruddin, mengatakan, kesimpulan pada diskusi ini masing-masing perwakilan negara telah menyepakati akan membentuk tim follow up kunjungan menteri yang terdiri dari Kemenag dan Kedutaan Saudi. Nantinya tim ini akan membicarakan detail poin-poin yang akan ditindaklanjuti.
"Seperti pembangunan Islamic center, konferensi internasional bersama tentang moderasi beragama, pelaksanaan MTQ Asia Fasifik dan lain-lain," katanya.
Kamaruddin menegaskan, pembanguan Islamic Center akan dibiayai sepenuhnya oleh Kerajaan Saudi sebagai salah satu hasil kunjungan Menag ke Saudi benerapa waktu lalu. Kamaruddin memastikan pembangunan Islamic Center ini penting untuk memberikan pemahaman Islam yang rahmatanlilamin.
"Rencananya Islamic Center akan menjadi pusat kegiatan keagamaan, seperti pengarus utamaan paham keagamaan moderat, wasatiyyat Islam, perpustakaan besar, tempat tempat seminar dan konferensi dan lain-lain," katanya.
Kamaruddin, menegaskan pembangunannya akan dilakukan secepat tim dapat menyelesaikan beberapa hal teknis, seperti feasibility studinya dan lainnya.
"Kita sedang membentuk tim yang terdiri dari Kementeian agama dan Kedutaan Saudi," katanya.
Kamaruddin mengatakan, pada pertemuan tersebut dibicarakan tentang rencana revitalisasi Unit Percetakan Alquran (UPQ). Kemenag juga mengajak Saudi Arabia untuk membantu rencana revitalisasi UPQ tersebut.
"Pada saat kunjungan Menag ke Saudi juga sempat berkunjung ke pusat percetakan Alquran terbesar di dunia yang ada di Madinah," katanya.
Kamaruddin, menginformasikan, bahwa UPQ kita hanya bisa mencetak Alquran maksimal 300 ribu pertahun, sementara kebutuhan kita sekitar 10 juta pertahun karena jumlah umat Islam Indonesia sangatlah besar.
"Kita bercita cita memiliki UPQ berkelas internasional," katanya.