WHO: Omicron Menyebar Lebih Cepat dari Delta

Pakar WHO sebut Omicron berhasil menghindari beberapa respons imun.

AP/Frank Augstein
Seorang pembelanja berjalan di sepanjang Oxford Street, jalan perbelanjaan tersibuk di Eropa, di London, Sabtu, 18 Desember 2021. Melonjaknya infeksi di Inggris yang sebagian didorong oleh varian omicron dari virus corona mengguncang Eropa.
Rep: Lintar Satria Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) mengatakan virus corona varian Omicron lebih cepat menular dari varian Delta dan menginfeksi orang yang sudah divaksin atau baru pulih dari Covid-19. Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan tidak bijak menyimpulkan dengan data awal gejala yang ditimbulkan Omicron lebih ringan dari varian sebelumnya.

"Dengan angka yang terus naik, sistem kesehatan akan terbebani," kata  Soumya Swaminathan, Selasa (21/12).

Ia mengatakan Omicron berhasil menghindari beberapa respons imun. Artinya program vaksin booster yang digelar banyak negara harus menargetkan pada masyarakat yang sistem imunnya rendah.

"Terdapat bukti yang kini konsisten, Omicron menyebar lebih cepat dibandingkan varian Delta," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers. "Dan tampaknya orang yang sudah divaksin atau pulih dari Covid-19 dapat terinfeksi atau terinfeksi ulang," kata Tedros.

Pernyataan WHO ini senada dengan temuan Imperial College London yang pekan lalu mengatakan risiko terinfeksi ulang lima kali lipat lebih tinggi. Selain itu juga tidak ada tanda-tanda Omicron lebih ringan dari Delta.

Namun WHO mengatakan bentuk vaksinasi imunitas lainnya mungkin dapat mencegah infeksi. Pertahanan antibodi dari beberapa tindakan mungkin berkurang tapi masih ada harapan untuk mencegah gejala berat. Pilar kedua respons imun yakni T-sel menyerang sel manusia yang terinfeksi.

"Walaupun kami melihat netralisasi antibodi berkurang, hampir semua analisa awal menunjukkan T-sel tetap utuh, itulah yang benar-benar kami butuhkan," kata pakar WHO Abdi Mahamud.

Namun menunjukkan betapa masih sedikitnya yang diketahui cara untuk mengatasi varian baru yang terdeteksi bulan lalu itu, Swaminathan mengatakan 'tentu masih ada tantangan'. "Banyak monoklonal tidak akan bekerja dengan Omicron," katanya.

Ia merujuk tentang pengobatan yang meniru antibodi melawan infeksi dengan alami tapi ia tidak menjelaskannya detailnya lebih lanjut. Beberapa produsen obat menyinggung metode yang sama, dilansir dari Reuters.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler