Pakar India Sebut Pasien Omicron tidak Bergejala Hingga Gejala Ringan

Pasien Omicron di India hanya diberikan penobatan simtomatik.

AP/Ajit Solanki
Pasien Omicron di India hanya diberikan penobatan simtomatik (Foto: warga India menjalani tes Covid-19)
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga


Oleh: Rahma Sulistya, Desy Susilawati

Hingga kini, para ahli dan peneliti sepakat bahwa gejala dari varian Covid 19 terbaru, Omicron, ini sama seperti varian lain. Dampak yang dialami tiap pasien Omicron berlainan, tetapi lazimnya serupa dengan gejala varian virus corona yang lebih dulu muncul, termasuk yang paling awal dari temuan di China.

Direktur Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash Narayan (LNJP) Delhi, Dr Suresh Kumar, mengatakan pasien yang terinfeksi varian Omicron memiliki gejala yang lebih ringan dalam hal tingkat keparahan, dibandingkan dengan varian Delta. Bahkan beberapa dari mereka yang terinfeksi Omicron tidak mengalami demam. Dr Kumar mengatakan dari 34 pasien Omicron yang mereka tangani sejauh ini, sebagian besar tidak menunjukkan gejala.

“Satu pasien mengalami demam ringan, satu pasien mengeluh sakit badan, dan sisanya mengalami gejala seperti pilek,” kata dia kepada kantor berita ANI, dilansir dari hindustantimes, Rabu (22/12).

Dr Kumar mengatakan, semua pasien hanya diberikan pengobatan simtomatik. Tidak satupun dari mereka membutuhkan steroid, oksigen, atau antivirus.

“Kami memberikan tablet parasetamol hanya jika ada yang demam,” kata dia.

Konsultan Senior Penyakit Dalam Rumah Sakit Fortis Delhi, Dr Manoj Sharma, mengatakan, Omicron lebih ringan daripada varian Delta yang ditemukan di India tahun lalu dan menyebabkan kepanikan di seluruh dunia.

“Meskipun ini adalah tahap yang sangat awal untuk menggeneralisasi gejala Omicron,” kata dia kepada ANI.

Dr Sharma menunjukkan bahwa data dari seluruh dunia juga menunjukkan tingkat keparahan pasien Omicron tidak separah mereka yang terinfeksi varian Delta.

“Bagi populasi usia yang lebih tua atau mereka yang memiliki komorbid, penyakit apa pun pasti akan menyebabkan keparahan,” kata dia. Namun, menurut dia, masih terlalu dini untuk menyatakan apa pun tentang tingkat keparahan Omicron.

Omicron, yang telah diklasifikasikan sebagai 'varian perhatian' oleh WHO, memicu sinyal yang mengkhawatirkan karena transmisibilitasnya yang tinggi. Untuk menjelaskan hal ini, mantan kepala divisi epidemiologi dan penyakit menular Indian Council of Medical Research (ICMR), Dr Lalit Kant, merujuk pada sebuah penelitian yang dilakukan di Hong Kong.

Eksperimen dilakukan di luar tubuh manusia dengan mengambil jaringan dari bronkus pasien selama operasi, dan menggunakannya untuk menumbuhkan virus di laboratorium. Dr Kant menyatakan hasil penelitian menunjukkan setelah 24 jam, bahwa varian Omicron direplikasi hampir 70 kali lebih banyak daripada Delta atau varian asli yang ditemukan di Wuhan, Cina.

"Ini bisa membuat orang menyebarkan lebih banyak virus dan menginfeksi orang lain dengan lebih mudah," kata dia.

Dr Kant mengatakan, sesuai penelitian, Omicron bereplikasi 10 kali lebih lambat di jaringan paru-paru, yang bisa menjadi penjelasan mengapa gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan varian Delta. Namun, Dr Kant tetap memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan dengan pasti, karena penelitian ini telah dipublikasikan secara online tapi belum ditinjau oleh rekan peneliti lainnya.

Sejauh ini, India telah melaporkan 216 kasus Omicron, dengan Maharashtra dan Delhi merupakan jumlah infeksi terbanyak.

 

 

Sementara itu, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Timur, dr Muhammad Irhamsyah, SpPK, MKes, mengatakan, Berdasarkan temuan terbatas pada sejumlah pasien Omicron, gejala yang umum terjadi, termasuk kelelahan, kehabisan tenaga, nyeri otot di sekujur tubuh, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Gejala lain yang kurang umum meliputi sesak napas serta kehilangan kemampuan mengecap. 

“Karakteristik gejala Covid 19 Omicron mirip gejala infeksi virus influenza. Kemunculan gejala dipengaruhi kondisi kesehatan pasien secara umum, juga level kekebalan tubuh dan kemampuannya untuk melawan virus," ujarnya.

Gejala yang dirasakan pasien bergantung pada status vaksinasi, usia, komorbiditas, dan riwayat infeksi penyakit sebelumnya. Berdasarkan riset, gejala pada orang yang belum divaksin lebih berat ketimbang yang sudah divaksin dalam dosis lengkap.

 

"Jangan tunggu gejala jadi berat, segera cari bantuan medis bila merasakan demam tinggi diikuti batuk dan sesak napas. Kenakan masker dengan baik dan benar untuk mencegah penyebaran virus di fasilitas kesehatan," sarannya.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler