Flu Burung di Israel Sebabkan Ribuan Burung Bangau Mati
IHRAM.CO.ID, YERUSALEM -- Wabah flu burung menyebabkan lebih dari 5.000 burung bangau yang bermigrasi di Israel mati. Peristiwa ini mendorong otoritas melarang kunjungan ke salah satu cagar alam populer.
Otoritas juga memperingatkan soal kemungkinan kelangkaan telur saat peternakan setempat melakukan pemusnahan sebagai langkah antisipasi. "Ini menjadi pukulan terburuk bagi satwa liar dalam sejarah Israel," kata Menteri Lingkungan Israel Tamar Zandberg di Twitter.
Sementara itu, para petugas yang berpakaian pelindung zat berbahaya mengumpulkan bangkai-bangkai bangau dari danau Cagar Alam Huladi utara dan rawa-rawa terpencil. Ratusan ribu ayam juga telah dimusnahkan.
Media Israel melaporkan bahwa anak-anak yang berkunjung ke cagar alam itu mungkin telah memegang seekor burung bangau yang terinfeksi dan kemudian menjadi perantara penyebaran virus. Otoritas sedang berupaya mengimpor telur dan mengantisipasi kelangkaan telur akibat pemusnahan.
Seorang spesialis di Otoritas Taman dan Alam Israel Ohad Hatsofe mengatakan 10 ribu burung lainnya diyakini terinfeksi flu burung. Seorang ilmuwan senior di otoritas tersebut Uri Naveh mengatakan virus flu burung telah mempengaruhi Israel setiap tahun. Jumlah burung yang mati akibat wabah flu burung tahun ini jauh lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
"Jumlah yang mati tahun ini sangat luar biasa," ujar Naveh, dilansir Al Arabiya, Senin (27/12).
Setiap tahun, sekitar 100 ribu burung bangau liar mencapai Israel sejak Oktober. Sebagian besar burung bangau liar berhenti di Lembah Hula, yang menjadi titik penting dalam jalur migrasi mereka menuju Afrika.
Flu burung atau H5N1 telah terdeteksi pada beberapa populasi ayam di Israel utara. Kementerian Pertanian Israel telah menangguhkan penjualan telur dari peternakan yang terkena dampak.
Virus H5N1 jarang menyebar di antara manusia. Namun, pada 2003 virus ini telah menewaskan sejumlah orang di berbagai negara. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), H5N1 telah membunuh lebih dari 450 orang, terutama di Indonesia, Mesir dan Vietnam, sejak 2003.