Spanyol Mulai Kekurangan Alat Tes Covid-19

Infeksi virus corona Spanyol mencapai rekor baru.

Brendon Thorne/AAP Image via AP
Antrean publik untuk mengikuti tes COVID-19. ilustrasi Permintaan alat tes Covid-19 gratis yang disediakan oleh pemerintah daerah Madrid, Spanyol, tidak mencukupi permintaan warga pada Selasa (28/12).
Rep: Dwina Agustin Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Permintaan alat tes Covid-19 gratis yang disediakan oleh pemerintah daerah Madrid, Spanyol, tidak mencukupi permintaan warga pada Selasa (28/12). Antrean panjang terbentuk di luar apotek karena infeksi nasional terus meningkat di tengah ekspansi cepat virus corona varian Omicron.

Apoteker yang berbasis di Madrid Cristina Sanchez mengatakan hanya menerima 20 alat tes untuk didistribusikan pada Selasa. Itu sebagai bagian dari rencana untuk memperkuat pasokan setelah apotek mulai kehabisan tes berbayar, tetapi sudah ada lebih dari 30 orang menunggu di luar ketika apotek buka.

Beberapa orang pertama dalam antrean cenderung mengambil beberapa tes masing-masing. Sebagian besar harus pulang dengan tangan kosong atau membeli kit seharga 9 euro, yang juga terjual habis dengan cepat.

"Orang-orang yang menunggu di luar, yang kedinginan, yang telah menunggu lama, kami tidak dapat memberikannya kepada mereka lagi," kata Sanchez di apoteknya yang berada di pinggiran Madrid.

Sopir taksi Miguel Jesus Arroyo adalah salah satu dari sedikit orang yang beruntung untuk mendapatkan tes. "Harus bangun pagi, karena kalau tidak segera datang, semuanya akan berakhir dalam sekejap,” katanya.

Data Kementerian Kesehatan Spanyol menyatakan tingkat infeksi virus corona Spanyol mencapai rekor baru. Jumlahnya naik menjadi 1.360 kasus per 100.000 orang, diukur selama 14 hari sebelumnya, dari 1.206 kasus yang dilaporkan pada Senin (27/12), naik lima kali lipat sejak awal Desember. Sekitar 250 kematian baru dalam tujuh hari terakhir dilaporkan pada Selasa, sehingga total menjadi 89.253.

Namun, rumah sakit tetap berada di bawah tekanan yang jauh lebih sedikit daripada gelombang pandemi sebelumnya. Pemerintah melaporkan bahwa 80 persen populasi yang lebih tua dari 60 tahun telah menerima dosis vaksin penguat.

Italia yang menjadi salah satu negara yang paling parah dilanda pandemi juga melaporkan peningkatan infeksi dan antrean panjang. Antrean itu terlihat di beberapa pusat pengujian drive-in, sementara banyak ahli kimia melaporkan kebanjiran permintaan untuk tes.

Kepala wilayah Veneto timur laut Italia yang telah terpukul parah oleh lonjakan beban kasus, Luca Zaia, mengatakan khawatir alat tes bisa segera habis. Dia meminta pemerintah untuk membatalkan persyaratan pengujian dalam situasi tertentu.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler