Indonesia Pimpin Pasar IPO di Kawasan ASEAN Tahun Ini
EY Global mengungkapkan terdapat 17 perusahaan baru yang melakukan IPO di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi negara terdepan di kawasan ASEAN dalam menyelenggarakan aktivitas initial public offering (IPO). Hal tersebut tercermin dari jumlah perusahaan yang melakukan pencatatan saham perdana sepanjang tahun 2021.
Dalam laporannya, EY Global mengungkapkan terdapat 17 perusahaan baru yang melakukan IPO di Indonesia dengan perolehan dana sekitar 2,5 miliar dolar AS. Jumlah tersebut meningkat drastis dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 5 perusahaan dengan perolehan dana 24 juta dolar AS.
"Selama kuartal IV 2021 Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami lonjakan signifikan dalam perolehan dana IPO. Ini bisa menjadi pertanda positif karena upaya vaksinasi mulai membuahkan hasil yang ditandai dengan penurunan tajam kasus baru Covid19 dari puncak keduanya pada Juli 2021," kata Lead Strategy and Transactions Partner, PT Ernst & Young Indonesia, Sahala Situmorang, dikutip Kamis (30/12).
EY Global memperkirakan, BEI akan menutup tahun 2021 ini dengan jumlah pencatatan sebanyak 55 IPO. Sedangkan perolehan dana dari IPO tahun ini diperkirakan mencapai 4,8 miliar dolar AS termasuk di antaranya dua transaksi yang merupakan IPO terbesar pertama dan kedua dalam sejarah BEI.
Berdasarkan skalanya, menurut Sahala, jumlah perusahaan yang IPO pada tahun 2021 cenderung merata yaitu kategori kecil sebanyak 327 persen, menengah 34,6 persen dan besar 32,7 persen. Kondisi ini berbeda dengan tahun lalu dimana 41,2 persen perusahaan yang IPO merupakan kategori kecil, 54,9 persen sedang, dan hanya 3,9 persen yang tergolong besar.
Sementara berdasarkan sektornya, sektor barang konsumsi nonprimer dan teknologi menjadi dua sektor yang paling ramai dalam IPO tahun ini. Masing-masing berkontribusi sekitar 21,8 persen dan 14,6 persen dari total IPO.
Pada akhir Desember 2021, BEI mengeluarkan peraturan pencatatan baru yang memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam hal persyaratan pencatatan. Pendekatan ini diyakini akan memberikan akses yang lebih luas bagi berbagai jenis perusahaan untuk melantai di bursa. Pada saat yang sama, BEI juga memperkenalkan pedoman bagi emiten untuk berpindah dari papan utama ke papan pengembangan dan sebaliknya.
Sahala menilai pipeline IPO BEI untuk 2022 terlihat lebih menjanjikan. Saat ini, ada sekitar 25 perusahaan baru yang berencana go public pada tahun depan, termasuk beberapa perusahaan terkait pemerintah dan unicorn. "Oleh karena itu, pasar berharap untuk menyambut beberapa transaksi besar atau bahkan rekor baru di BEI," ujarnya.