Sejumlah Pakar Nyatakan Masker Kain tak Bisa Cegah Omicron

Masker kain bisa blokir droplet tetapi tak bisa mencegah dari Omicron.

www.freepik.com
Masker kain bisa blokir droplet tetapi tak bisa mencegah dari Omicron (Foto: ilustrasi pakai masker)
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga


Oleh: Shelbi Asrianti

Pakar kesehatan mendesak semua orang untuk meninjau kembali masker apa yang mereka pakai di tengah pandemi Covid-19. Menurut sejumlah ahli medis, masker kain saja tidak cukup untuk melawan varian omicron.

"Masker kain tidak lebih dari sekadar hiasan wajah. Tidak ada tempat bagi mereka dengan datangnya omicron," ujar dokter yang fokus di bidang emergency medicine, Leana Wen, dikutip dari laman People, Jumat (31/12).

Wen juga merupakan profesor tamu kebijakan dan manajemen kesehatan di Sekolah Kesehatan Masyarakat Institut Milken Universitas George Washington. Menurut dia, masker kain tidak lagi relevan.

Akan tetapi, jika seseorang masih mau memakai masker kain boleh-boleh saja selama menggunakan masker lain secara bersamaan. Seseorang setidaknya harus memakai masker bedah tiga lapis, baru kemudian dilapisi masker kain.

Menurut Wen, idealnya masker yang digunakan adalah jenis KN95 atau N95. Akan tetapi, apa yang dia rekomendasikan bertentangan dengan pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

CDC malah mendorong publik memakai masker yang memiliki dua atau lebih lapisan kain, dengan bahan breathable yang dapat dicuci kembali. Sementara, masker N95 harus diprioritaskan untuk tenaga kesehatan.

Dalam studi terpisah, CDC mencatat bahwa efektivitas penyaringan masker kain umumnya lebih rendah daripada masker medis dan respirator. Akan tetapi, masker kain dapat memberikan perlindungan jika dirancang dengan baik dan digunakan dengan benar.

Tinjauan ilmiah yang diterbitkan awal Desember 2021 oleh CDC menyebutkan lebih dari 80 persen pemblokiran virus berhasil dilakukan dalam eksperimen dengan peserta manusia. Hasil studi mengungkap kinerja masker kain setara dengan masker bedah.

Wen tidak sepakat dengan panduan CDC. "Ketika kita tidak berasal dari budaya memakai masker dan orang-orang tidak suka memakai masker, setidaknya rekomendasikan agar mereka memakai masker yang paling efektif," kata Wen.

Dia juga mencatat bahwa berbagai negara termasuk Jerman dan Austria telah mengubah standar mereka. Di negara-negara itu, masyarakat diminta memakai masker bedah kelas medis saat berada di tempat umum.

Profesor biologi di University of Massachusetts Dartmouth, Erin Bromage, mengatakan bahwa masker kain memang dapat menyaring dan memblokir droplet besar dari saluran pernapasan orang yang terinfeksi. Akan tetapi, masker N95 dapat menyaring droplet besar dan kecil sehingga lebih efektif mencegah Covid-19.

 

Peneliti dari Virginia Tech, Linsey Marr, setuju bahwa masker kain tidak mempan mencegah infeksi omicron. Dia selama ini mempelajari bagaimana virus Covid-19 lekas menular melalui udara.

Ahli epidemiologi di University of Minnesota, Michael Osterholm, menyayangkan ada begitu banyak informasi yang salah tentang pemakaian masker. Itu membuat opini masyarakat menjadi terbelah.

"Orang-orang terbagi antara perlu memakai masker atau tidak. Dan itu seperti mengatakan segala sesuatu yang memiliki roda adalah sama, termasuk sepeda roda tiga dan pesawat jet," ungkap Osterholm.

Mantan US Surgeon General, Jerome Adams, menyoroti pula pentingnya mempromosikan masker berkualitas tinggi yang lebih baik di mana-mana. Dia berpendapat masker kain satu lapis saja tidak cocok dengan omicron. "Kita butuh lebih banyak tes Covid-19. Kita butuh pemakaian masker yang lebih baik. Begitulah cara kita melewati ini," tuturnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler