Uhamka Gelar Workshop Manajemen Sekolah yang Responsif Gender
Workshop diadakan di Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ruhama Tangerang Selatan.
REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN – Tim Pengabdian Masyarakat Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Uhamka bersama Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak Uhamka memberikan Workshop Manajemen Sekolah yang Responsif Gender di Perguruan Islam Ruhama Tangerang Selatan, guna mencapai embrio pemahaman dalam menyusun Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender bagi Kebijakan/Program/Kegiatan di Perguruan Islam Ruhama. Dimulai dengan mengoptimalisasi Pemahaman tentang Konsep Gender, PUG, dan PPRG, sampai pada bagaimana implementasinya dalam Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender pada seluruh aspek manajemen sekolah.
Kegiatan ini dilaksanakan pada 18 Desember 2021 secara luring di Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ruhama dengan peserta kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha baik di tingkat TK, SD, SMP dan SMK. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Direktur ISMUBA Uhamka Dr Endang Surahman MAg dan secara daring dibuka oleh Ketua LPPM UHAMKA Dr Gufron Amirullah MPd.
Sekretaris Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak (PSGPA) Uhamka Dr Sri Astuti MPd mengungkapkan, workshop ini mengacu pada Sustainable Development Goals (SDG’s) Nomor 5 (lima) yaitu Kesetaraan Gender dan Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008 tentang Pedoman pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan.
“Di mana perlu adanya perencanaan dan penganggaran responsif gender yang memperhatikan kebutuhan dan aspirasi seluruh sivitas sekolah baik perempuan dan laki-laki, dalam seluruh standar nasional pendidikan,” ujar dia yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan ini seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (29/12).
Selain itu, Sri Astuti juga berharap Yayasan Ruhama dapat menjadi role model dalam penerapan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender yang berakhir pada kesetaraan dan keadilan gender bagi seluruh civitas akademika sekolah, baik perempuan maupun laki laki dalam menerjemahkan visi misi Yayasan secara khusus. “Dan secara umum kita dapat mewujudkan SDGs dan implementasi pengarusutamaan gender,” ujarnya.