Kasus Omicron Meluas ke 132 Negara dalam Sepekan Terakhir
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus varian baru Covid-19 Omicron di dunia meluas hingga ke 132 negara dalam kurun sepekan terakhir.
"Omicron di dunia sampai sekarang sudah ada kasus konfirmasi 408.000, naik dari pekan lalu 184.000 di seluruh dunia," kata Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan pers terkait PPKM yang diikuti dari YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin (3/1) siang.
Budi mengatakan negara yang sudah mendeteksi varian Omicron bertambah dari 115 negara menjadi 132 negara dalam sepekan terakhir. Kasus Omicron terdeteksi paling banyak di Eropa, Inggris, Denmark, Amerika.
"Itu semuanya di atas 20.000 (kasus), Afrika Selatan sendiri sudah turun ke angka 1800-an kasus," katanya.
Sementara Indonesia berada di posisi 40 negara di dunia yang terjangkit Omicron dengan jumlah kasus per hari ini mencapai 152 pasien. Terjadi tambahan 16 kasus dibandingkan Sabtu (1/1) yang dibawa seluruhnya oleh pelaku perjalanan luar negeri.
Budi mengatakan negara di Asia Tenggara dengan jumlah kasus Omicron yang melebihi Indonesia adalah Singapura 1.600 kasus dan Thailand 1.500 kasus. Berdasarkan pengamatan pemerintah, kata Budi, kasus Omicron juga mengalami kenaikan di India, total sebanyak 1.700 kasus. Budi berpesan agar masyarakat tetap waspada.
"Indonesia relatif lebih rendah (kasus Omicron) kalau kita lihat dari populasinya dan juga luas geografisnya," katanya.
Situasi itu tidak lepas dari kebijakan karantina bagi seluruh pelaku perjalanan internasional yang sudah cukup ketat. "Kita berhasil menahan masuknya Omicron ke dalam, tapi dari 152, kita tahu ada enam sudah merupakan transmisi lokal," katanya.
Kasus transmisi lokal, kata Budi, mayoritas berada di Jakarta, tapi ada juga yang datang dari Medan, Bali dan Surabaya. Budi menambahkan meski secara klinis Omicron mampu menghindari antibodi vaksin, tapi tidak menyebabkan gejala yang berat.
"Berita baiknya untuk kasus Omicron secara klinis, walaupun perlindungan antibodinya yang berasal dari vaksin bisa dilalui, tapi perlindungan dari T sel masih bisa melindungi dengan cukup baik. Itu yang menjelaskan kenapa angka pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit lebih rendah," katanya.