Waspadai Hiperkoagulopati pada Pasien Kasus Omicron

Beberapa pasien kasus omicron mengalami hiperkoagulopati .

Antara/Sigid Kurniawan
Mobil ambulans terparkir di samping ruang isolasi RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso yang merawat pasien kasus omicron.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pokja Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging (Pinere) RSPI Sulianti Saroso, dr Pompini Agustina Sitompul, mengatakan tidak semua pasien Covid-19 yang terkait dengan infeksi varian omicron bergejala ringan. Di antara para pasien, ada juga yang mengalami hiperkoagulopati.

"Hiperkoagulopati ini yang harus diwaspadai," ujar Pompini dalam diskusi daring, dikutip Selasa (4/1/2022).

Hiperkoagulopati merupakan kondisi yang ditandai dengan peningkatan kecenderungan membentuk pembekuan darah. Hiperkoagulopati bisa berdampak pada ginjal, paru, jantung, dan organ lainnya.

"Ada beberapa kasus konfirmasi yang memiliki komorbid dan mulai muncul tanda hiperkoagulopati, namun apakah ini terjadi akibat komorbid atau yang lain, itu sedang kami pelajari," tutur Pompini.

Saat ini, RSPI Sulianti Saroso menangani pasien probable (yang diduga) maupun dikonfirmasi terinfeksi omicron. Di antara pasien yang terinfeksi omicron ternyata ada juga yang sudah mendapat dua kali suntikan vaksin Covid-19.

Baca Juga



"RSPI Sulianti Saroso saat ini melakukan isolasi kasus probable dan kasus konfirmasi omicron tanpa gejala, gejala ringan, dan sudah vaksin dua dosis dan ada beberapa kasus ada komorbid," kata Pompini.

Sejauh ini, sudah ada 152 kasus varian omicron di Indonesia. Sebanyak enam di antaranya merupakan kasus transmisi lokal.

Lebih lanjut, Pompini menjelaskan tata laksana perawatan pasien di RSPI Sulianti Saroso. Setiap pasien yang terkonfirmasi Covid-19 dari infeksi SARS-CoV-2 varian omicron langsung ditempatkan di ruang isolasi yang tidak bergabung dengan pasien lain. Pemberian multivitamin serta pendampingan psikologis rehabilitasi medik juga diberikan kepada pasien.

Beda gejala infeksi varian omicron dan delta. - (Republika)

"Kami melakukan pengaturan flow cepat agar tidak terkontamintasi banyak, langsung menempatkan pasien ke tempat isolasi," ujarnya.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya promotif dan preventif demi mencegah semakin banyaknya kasus omicron yang masuk ke Indonesia. Upaya antisipasi dalam negeri juga dilakukan dengan memperkuat fasilitas pelayanan kesehatan termasuk aspek penunjang seperti SDM Kesehatan serta farmasi dan alat kesehatan.

"Jumlah tempat tidur di Indonesia ada sekitar 400 ribu, 30 persen atau 120 ribu kita dedikasikan untuk Covid-19, sekarang yang terisi sekitar 240-250 ribu tempat tidur. Jadi masih ada room sekitar 110 ribu yang sebelumnya memang sudah kita alokasikan untuk Covid-19," tuturnya dalam keterangan tertulis dikutip Selasa (4/1/2022).

Budi menuturkan, pada serangan varian delta pada pertengahan tahun 2021, oksigen merupakan kebutuhan esensial bagi perawatan pasien Covid-19, baik di rumah sakit maupun yang isolasi mandiri di rumah. Kelangkaan pasokan oksigen yang kemudian berdampak terhadap pasien yang sedang menjalani perawatan intensif.

Baca juga : 29 Tahun Republika, Anies: Penjaga Persatuan dan Aspirasi Keumatan

Untuk memenuhi kebutuhan oksigen medis, Kementerian Kesehatan telah mendistribusikan kurang lebih 16 ribu oksigen konsentrator atau setara 800 ton per hari ke rumah sakit-rumah sakit untuk perawatan pasien Covid-19, terutama RS yang kesulitan mengakses oksigen cair. Pihaknya juga sudah menerima dan sedang memasang 31 oksigen generator.

"Saat ini 70 persen sudah selesai. Ini oksigen medis yang besar, bahkan bisa mengakomodir kebutuhan satu rumah sakit," kata Menkes.

Kebutuhan obat terapi bagi pasien Covid-19 juga melonjak signifikan saat kenaikan kasus pada pertengahan tahun lalu. Belajar dari pengalaman, saat ini pemerintah telah menyiapkan stok obat bagi pasien Covid-19 dan siap didistribusikan apabila terjadi lonjakan permintaan obat.

“Kami juga datangkan molnupiravir, saat ini kami simpan dulu, kalau ada apa-apa nanti kami distribusikan. Obat ini terbukti bisa membantu menekan laju pasien dengan saturasi oksigen 94 persen ke RS," jelas Budi.

Sejauh ini, varian omicron tampak memiliki tingkat penularan yang tinggi dengan risiko sakit berat yang rendah. Meskipun demikian, masyarakat harus tetap waspada karena situasi dapat berubah dengan cepat. Untuk itu upaya pencegahan dan pengendalian dan upaya mitigasi lainnya harus tetap berjalan.

"Yang penting protokol kesehatan harus dilakukan dengan baik. Juga gunakan Pedulilindungi dengan disiplin, dengan begitu kita bisa lacak. Yang kasus transmisi lokal di Medan, kita jadi tahu dalam lima hari terakhir kemana saja. Pastikan disiplin karantina dengan baik," tutur Budi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler