10 Gejala tak Biasa Covid-19 Akibat Varian Omicron
Infeksi varian omicron tetap dapat memicu gejala yang membuat tak nyaman.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi telah menunjukkan bahwa varian omicron cenderung menyebabkan gejala yang lebih ringan, khususnya pada individu yang sudah divaksinasi. Akan tetapi, varian omicron tetap bisa memicu gejala yang tak nyaman dan cenderung unik.
Sejauh ini, ada dua gejala tak biasa yang cukup sering ditemukan pada kasus Covid-19 akibat infeksi SARS-COV-2 varian omicron. Kedua gejala tersebut adalah pink eye atau konjungtivitis dan rambut rontok.
Gejala konjungtivitis bisa muncul bersamaan dengan gejala-gejala Covid-19 lain, yaitu sekitar dua hari setelah terinfeksi. Sedangkan rambut rontok biasanya muncul menjelang akhir dari masa sakit.
Covid-19 bisa memunculkan gejala pada mata karena SARS-CoV-2 menginfeksi sel di dalam tubuh melalui reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Reseptor ini bisa ditemukan di berbagai organ tubuh, termasuk mata. Beberapa area pada mata yang memiliki reseptor ACE2 adalah sel epitel dan retina.
Di sisi lain, rambut rontok mungkin tidak umum terjadi pada kasus Covid-19. Namun, menurut American Academy of Dermatology Association, rambut rontok cukup umum terjadi setelah demam tinggi.
Seseorang bisa dikatakan mengalami rambut rontok (telogen effluvium) bila rambut yang memasuki fase perontokan lebih banyak dibandingkan normal.
Para ahli dari berbagai belahan dunia juga mendapati ada delapan gejala awal Covid-19 lain akibat varian omicron yang sebaiknya tak diabaikan. Gejala-gejala ini cenderung terjadi dengan cepat dan muncul di masa-masa awal penyakit, yaitu sekitar dua hari setelah terpapar Covid-19.
Kedelapan gejala ini biasanya hanya berlangsung sekitar lima hari. Namun, pada sebagian kasus, gejala ini bisa berlangsung lebih cepat atau lebih lama.
Sebagian dari delapan gejala awal infeksi varian omicron tersebut adalah tenggorokan gatal, nyeri di area bawah punggung, dan hidung beringus atau tersumbat. Lima gejala lainnya adalah sakit kepala, kelelahan, bersin, berkeringat di malam hari, serta nyeri badan.
Orang-orang yang mengalami gejala-gejala tak biasa ini sebaiknya tetap waspada dan segera melakukan tes Covid-19. Lakukan isolasi mandiri sampai terbukti bahwa gejala tersebut bukan disebabkan oleh Covid-19.
Baca juga : Studi: Vaksin Covid-19 tak Tingkatkan Risiko Kelahiran Prematur
Sejauh ini, studi menemukan bahwa varian omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan dibandingkan varian delta, terlebih pada orang yang sudah divaksinasi. Menurut laporan dari Inggris, risiko perawatan di rumah sakit akibat varian omicron pada orang yang sudah divaksinasi juga 50-70 persen lebih rendah dibandingkan akibat varian delta.
Kemunculan varian omicron telah memicu terjadinya lonjakan Covid-19 di banyak negara. Di Amerika Serikat, misalnya, kasus Covid-19 baru bisa mencapai ratusan ribu dalam sehari.
Hal yang sama juga dialami oleh Inggris. Inggris baru saja mencetak rekor baru dengan penambahan 218.000 kasus Covid-19 baru dalam sehari.
Meski infeksi varian omicron dikabarkan lebih ringan, bukan berarti varian ini bisa disepelekan karena dapat menular dengan cepat. Tetap patuhi protokol kesehatan dengan baik untuk melindungi diri sendiri dan juga orang-orang terdekat.
Baca juga : PB IDI : Varian IHU Diduga Kebal Terhadap Vaksin Covid-19
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (5/1/2022), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan masyarakat dunia agar tidak menganggap enteng omicron. Sebelumnya, sejumlah laporan yang beredar menyebut bahwa varian ini dikaitkan hanya dengan infeksi ringan dan menyebabkan sejumlah gejala yang mirip dengan common cold (pilek biasa, selesma).
"(Infeksi) omicron bukan common cold. Walaupun beberapa laporan menunjukkan penurunan risiko rawat inap omicron dibandingkan delta, masih terlalu banyak orang yang terinfeksi, dirawat rumah sakit, dan meninggal karena omicron (dan delta)," ujar ahli epidemiologi WHO Dr Maria Van Kerkhove dalam pernyataan melalui jejaring sosial Twitter.