Badai Covid, Aksi Teror, dan Karut-Marut Piala Afrika
Piala Arika di Kamerun diwarnai serangan Covid-19 dan aksi teror.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Piala Afrika (AFCON) 2021 menghadapi tantangan pelik. Para pemain dihadapkan kondisi mencekam dengan meroketnya kasus Covid-19 varian Omicron yang terus meneror masyarakat global.
Sebanyak 19 kasus positif telah dikonfirmasi membuat ajang ini semakin diragukan untuk tetap digelar. Selain itu, situasi tersebut diperparah dengan minimnya kampanye vaksinasi yang terjadi di Kamerun, selaku tuan rumah AFCON tahun ini.
Dengan banyaknya kasus Covid-19 di benua tersebut, penonton Piala Afrika akan dibatasi 80 persen dari kapasitas stadion untuk pertandingan yang melibatkan tuan rumah Kamerun, dan 60 persen untuk semua pertandingan lainnya di turnamen.
Langkah tersebut datang dari penyelenggara Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) setelah berkonsultasi dengan pemerintah Kamerun mengenai pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung. Penonton harus divaksinasi lengkap dan menunjukkan hasil tes negatif untuk memasuki area stadion tersebut.
Dilansir BBC Sport, Kamis (6/1/2022), hanya 2 persen orang di Kamerun yang telah mendapatkan dua kali dosis vaksinasi. Laporan terbaru menunjukkan adanya peningkatan jumlah orang di negara itu yang mencoba mendapatkan vaksinasi sehingga mereka berpeluang untuk bisa menyaksikan gelaran Piala Afrika.
"CAF akan terus memantau situasi dan perkembangan kondisi kesehatan dan menyesuaikan tindakan jika perlu," demikian pernyataan dari badan pengatur sepak bola Afrika itu dikutip BBC Sport.
Virus corona tampaknya akan berdampak pada Piala Afrika di dalam maupun di luar lapangan. Pesaing Grup A timnas Kamerun yakni, Cape Verde telah melaporkan beberapa kasus di kamp pelatihan pra-turnamen mereka, dengan pelatih Bubista dinyatakan sebagai salah satu yang terjangkit virus tersebut.
Sementara itu Senegal, runner-up Piala Afrika 2019, menunda keberangkatan mereka ke turnamen setelah Saliou Ciss, Mamadou Loum, dan Habib Diallo dinyatakan positif, dengan dugaan kasus lain.
Adapun penyerang timnas Tunisia, Seifeddine Jaziri, dan pemain sayap Youssef Msakni juga dinyatakan positif Covid-19 pada pekan ini. Jaziri adalah pencetak gol terbanyak di Piala Arab FIFA di Qatar bulan lalu, dengan empat gol saat Tunisia mencapai final di mana mereka kalah 0-2 dari Aljazair.
Tuan rumah Kamerun berada dalam cakupan yang lebih baik setelah beberapa pemain mereka menyelesaikan karantina. Michael Ngadeu Ngadjui, serta Pierre Kunde yang sempat dites positif Covid-19 pekan lalu kini sudah bisa kembali bergabung karena mendapati hasil tes teranyar negatif.
Piala Afrika edisi ke-33 akan berlangsung dari 9 Januari hingga 6 Februari 2022. Turnamen ini awalnya dijadwalkan dimainkan pada tahun 2021 tetapi ditunda dua kali karena pandemi Covid-19.
Sejatinya sebelum bola ditendang, turnamen Piala Afrika lebih dahulu menghidupkan kembali harapan dan bisnis dalam sektor ekonomi masyarakat Kamerun.
Puluhan ribu penggemar diperkirakan akan mengunjungi Kamerun untuk menyemangati tim nasional mereka, dan dengan itu muncul potensi peningkatan ekonomi.
Beberapa penduduk setempat sudah beralih bisnis, seperti Issa Hamadou, 23 tahun, yang dulu berdagang telur rebus di Yaounde. Ia sekarang beralih ke pakaian olahraga karena acara sepak bola dan percaya itu adalah bisnis yang menguntungkan sekarang karena gelaran Piala Afrika.
"Saya menjual kaos timnas Kamerun, Senegal, Pantai Gading—bahkan, kaos dari 24 negara yang berpartisipasi dalam AFCON tahun ini," kata Hamadou kepada DW.
Hamadou bukan satu-satunya yang 'bersolek' jelang AFCON. Banyak hotel dan tempat perdagangan lokal melihat pekerjaan renovasi yang signifikan untuk memperluas basis pelanggan dan berharap mampu mengerek untung.
Menurut kepala ekonom di Bank Informasi Bisnis Afrika, Kennedy Tumemnta, beberapa bisnis sudah mencapai titik impas. Ia menyebut, spin-off ekonomi dari AFCON mungkin sangat besar.
"Sebagian besar kota yang menjadi tuan rumah AFCON telah diuntungkan tidak hanya dari stadion tetapi juga jaringan jalan. Ini juga telah menciptakan lapangan kerja bagi beberapa anak muda," kata Tumemnta.
Meskipun sebagian besar perusahaan yang membangun beberapa infrastruktur olahraga ini adalah perusahaan asing, Tumemnta berpendapat bahwa dampak ekonomi bagi buruh dan insinyur lokal sangat besar.
Selain potensi bisnis di Piala Afrika Kamerun, pemerintah setempat harus tetap waspada dengan penyebaran Covid-19 dan juga ancaman teror yang serius di beberapa dari enam kota yang menjadi tuan rumah acara sepak bola.
Limbe, kota di pantai tropis Atlantik, adalah salah satu kota yang jadi tuan rumah tetapi serangan bersenjata telah mengguncang wilayah sekitar sejak peperangan pada 2017 silam.
Honore Kuma, seorang jurnalis lokal di Limbe, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia mengkhawatirkan situasi keamanan saat kompetisi semakin dekat.
"Ketakutan saya, ketakutan banyak warga Limbe, adalah fenomena ledakan bom yang terjadi di bagian lain divisi Fako seperti Buea baru-baru ini dapat menjadi fenomena umum selama periode AFCON ini," kata Honore.
Kelompok-kelompok bersenjata itu berusaha untuk membentuk sebuah negara yang memisahkan diri yang disebut Ambazonia. Kekerasan telah memburuk di Anglophone Kamerun, dengan separatis sekarang menggunakan lebih banyak alat peledak.