12 Polisi Kazakhstan Tewas
Aliansi militer Rusia telah dikirim untuk membantu menjaga perdamaian Kazakhstan.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Puluhan pengunjuk rasa tewas dalam kerusuhan dan serangan di Kazakhstan. Pihak berwenang pada Kamis (6/1/2022) mengatakan, 12 petugas polisi tewas, termasuk satu petugas ditemukan meninggal akibat dipenggal.
"Semalam ada upaya untuk menyerbu gedung-gedung di Kota Almaty, dan puluhan penyerang telah dilumpuhkan," kata juru bicara polisi Saltanat Azirbek.
Penyerbuan gedung-gedung terjadi setelah kerusuhan yang meluas di kota Almaty. Saluran berita negara, Khabar-24 melaporkan, sebanyak 353 petugas penegak hukum lainnya terluka.
Sebuah aliansi militer yang dipimpin Rusia akan mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Kazakhstan atas permintaan Presiden Kassym-Jomart Tokayev. Kazakhstan telah diguncang oleh meningkatnya aksi protes yang dimulai pada Ahad (2/1/2022), terkait kenaikan harga bahan bakar gas cair sebesar dua kali lipat. Aksi protes kemudian menyebar ke Almaty dan ibu kota Nur-Sultan.
Pada Rabu (5/1/2022), Tokayev berjanji mengambil tindakan keras untuk memadamkan kerusuhan dan menyatakan keadaan darurat selama dua minggu di seluruh negeri. Dia juga memberlakukan jam malam dan pembatasan pergerakan ke sekitar wilayah perkotaan.
Pemerintah Kazakhstan mengundurkan diri sebagai tanggapan atas kerusuhan tersebut. Tokayev mengklaim kerusuhan itu dipimpin oleh kelompok teroris yang telah menerima bantuan dari negara lain yang tidak disebutkan namanya.
Awalnya aksi protes dimulai karena kenaikan harga bahan bakar gas cair hampir dua kali lipat. Bahan bakar gas cair ini banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan.
Namun penyebaran aksi protes yang cepat mencerminkan ketidakpuasan yang lebih luas di negara itu. Kazakhstan telah berada di bawah kekuasaan partai yang sama sejak memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991.
Kazakhstan adalah negara terbesar kesembilan di dunia, yang berbatasan dengan Rusia di utara dan China di timur. Kazakhstan memiliki cadangan minyak yang luas dan penting bagi ekonomi negara.
Ketidakpuasan atas kondisi kehidupan yang buruk masih tampak di beberapa wilayah Kazakhstan. Sebagian besar warga Kazakhstan kesal dengan dominasi partai yang berkuasa, da memegang lebih dari 80 persen kursi di parlemen.
Banyak pengunjuk rasa meneriakkan "orang tua pergi," merujuk pada Nursultan Nazarbayev, presiden pertama Kazakhstan yang terus memiliki pengaruh besar meskipun telah mengundurkan diri pada 2019.
Nazarbayev mendominasi politik Kazakhstan dan pemerintahannya ditandai oleh kultus kepribadian yang moderat. Kritikus mengatakan, dia secara efektif melembagakan sistem klan di pemerintahan.