Keberanian Abdullah bin Zubair Kecil yang Disegani Umar bin Khattab
Abdullah bin Zubair adalah sosok sahabat yang pemberani
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para generai salaf terkenal dengan keberaniannya di berbagai medan, termasuk medan pertempuran.
Salah satunya adalah Abdullah bin Zubair adalah anak Zubair bin Awwam. Kisah keberanian Abdullah bin Zubair terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab.
Kendati demikian, dia dikenal sebagai sosok yang berani sejak kecil sehingga inilah yang membedakan dirinya dengan anak-anak sebayanya.
Dalam 'Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah' karya Syaikh Muhammad Sa'id Mursi, terbitan Pustaka Al-Kautsar, dijelaskan, suatu kali Abdullah sedang bermain bersama teman-teman sebayanya.
Lalu ketika Umar bin Khattab datang, teman-teman sebayanya itu lari. Namun Abdullah tidak ikut berlari dan tetap diam di tempatnya.
Lalu Umar bertanya, "Mengapa kamu tidak berlari bersama teman-temanmu?" Lantas Abdullah menjawab, "Aku tidak berbuat salah, mengapa aku harus lari. Lagi pula jalan di sini tidak terlalu sempit. Karena itu aku mempersilakan Anda lewat." Mendengar jawaban tersebut, Umar merasa senang.
Abdullah bin Zubair biasa dipanggil Abu bakar. Nama panggilan ini sama dengan nama panggilan kakeknya, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abdullah lahir di Madinah tahun 1 Hijriah, dan menjadi anak pertama yang lahir di Madinah setelah hijrah Nabi Muhammad ﷺ.
Abdullah bin Zubair juga termasuk di antara empat serangkai yang dijuluki Al-Abadillah. Mereka adalah Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr, dan Abdullah bin Zubair.
Abdullah bin Zubair juga menjadi khalifah pertama yang mencetak mata uang dirham dalam bentuk bundar. Di salah satu sisi mata uang tersebut tertuliskan cap "Muhammad Rasulullah". Dan di sisi satunya lagi tertulis cap "Allah memerintahkan untuk menepati janji dan berlaku adil".
Abdullah bin Zubair gugur sebagai syahid tahun 73 Hijriah di Makkah di tangan Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi dalam pertempuran sengit antara pasukannya dengan pasukan Dinasti Umayyah. Al-Hajjaj datang ke Makkah dan mengepungnya dari segala penjuru.
Abdullah pun berlindung di Ka'bah, kemudian dihujami batu dengan alat pelontar (manjanik) oleh Al-Hajjaj. Setelah itu, Al-Hajjaj menyerahkan jenazah Abdullah ke ibunya, lalu sang ibu memakamkannya di Madinah di rumah Ummul Mukminin, Shafiyah binti Huyay.
Ketika lahan rumah Shafiyah terdampak perluasan masjid Nabawi, kemudian jenazah Abdullah bin Zubair dimakamkan di dalam area masjid bersama jasad Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar bin Khattab.