Kenali Tanda Awal Infeksi Omicron
Penularan yang cepat menjadi penting mengenali gejala awal Omicron.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus corona varian omicron yang terkonfirmasi di Indonesia terus bertambah. Kementerian Kesehatan mencatat, hingga Jumat (9/1/2022) total kasus omicron mencapai 318 orang, bertambah 57 kasus baru.
Mengingat penularannya yang diklaim begitu cepat, sangatlah penting untuk mengetahui gejala awal yang umumnya dilaporkan pasien Omicron. Dr Ryan Noach, CEO Discovery Health yang berbasis di Afrika Selatan tempat strain pertama kali terdeteksi, mengatakan bahwa tanda awal yang paling umum dari mereka yang terkonfirmasi omicron adalah tenggorokan gatal.
“Kami juga melihat bahwa mual dilaporkan oleh banyak orang pada tahap awal infeksi Omicron,” demikian menurut Dr Noach seperti dilansir dari laman Liverpool Echo, Senin (10/1/2022).
Sementara itu merujuk pada data dari Inggris, AS, dan Afrika Selatan diketahui bahwa orang dapat mengalami nyeri punggung bawah pada tahap awal infeksi Omicron. Gejala terkait tenggorokan juga terdaftar dalam lima besar yang diidentifikasi oleh studi gejala covid terbesar di dunia yang dilakukan melalui aplikasi Zoe. Lima gejala teratas yang dilaporkan di aplikasi Zoe adalah pilek, sakit kepala, kelelahan (baik ringan atau berat), bersin-bersin, dan sakit tenggorokan.
Batuk terus-menerus, suara serak, dan nyeri otot yang tidak biasa juga diidentifikasi sebagai gejala covid oleh aplikasi Zoe. Merujuk keterangan dari Kemenkes, penambahan 57 kasus Omicron di Indonesia terdiri dari 7 orang transmisi lokal dan 50 orang pelaku perjalanan luar negeri. Secara keseluruhan dari awal kasus Omicron pada Desember 2021 hingga Jumat (7/1/2022) kasus transmisi lokal berjumlah 23 orang dan kasus dari pelaku perjalanan luar negeri berjumlah 295 orang.
Secara kumulatif kasus paling banyak berasal dari Turki dan Arab Saudi. Kemudian kebanyakan kasus konfirmasi Omicron adalah mereka yang sudah lengkap vaksinasi COVID-19. Sebanyak 99 persen kasus Omicron yang diisolasi memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. 97 persen kasus didominasi oleh pelaku perjalanan luar negeri dan berasal dari Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya sebanyak 4,3 persen kasus memiliki komorbid seperti Diabetes Melitus dan Hipertensi, serta 1% kasus membutuhkan terapi oksigen.