Kebakaran Kamp Membuat Pengungsi Rohingya Kian Menderita
Kebakaran ini menyebabkan ribuan pengungsi Rohingya kehilangan tempat tinggal.
REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pengungsi Rohingya kembali diterpa musibah. Kebakaran melanda kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh. Insiden kebakaran ini telah menyebabkan ribuan pengungsi Rohingya kehilangan tempat tinggal.
Juru bicara Batalyon Polisi Bersenjata, Kamran Hossain mengatakan, sekitar 1.200 rumah hangus terbakar pada Ahad (9/1/2022). Hossain mengatakan, api mulai muncul di Kamp 16 yang terletak di tenggara Bangladesh. Api menjalar dengan cepat ke bangunan pengungsian yang terbuat dari bambu dan terpal. Insiden kebakaran ini menyebabkan lebih dari 5.000 orang kehilangan tempat tinggal.
"Api mulai menyala pada pukul 16:40 waktu setempat dan berhasil dikendalikan sekitar pukul 18:30," ujar Hossain, dilansir Aljazirah, Senin (10/1/2022).
Seorang pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi, Mohammed Shamsud Douza, mengatakan, pekerja darurat telah berhasil mengendalikan api. Hingga kini penyebab kebakaran belum diketahui.
Kebakaran tak hanya menghanguskan tempat tinggal pengungsi Rohingya. Mereka juga harus kehilangan harta benda yang berharga. Seorang pengungsi Rohingya, Abdur Rashid, mengatakan, kobaran api sangat besar sehingga dia lari menyelamatkan diri. Rashid mengatakan, uang tabungan yang dia kumpulkan dengan susah payah telah habis terbakar. Rashid bekerja sebagai buruh harian dengan pendapatan sekitar 30 ribu taka atau 350 dolar AS.
“Saya mendapatkan upah 30.000 taka atau 350 dolar AS dari bekerja sebagai buruh harian. Uangnya hangus terbakar. Saya telah kehilangan mimpi saya," kata Rashid.
Kebakaran membuat Rashid kehilangan tempat tinggal dan harta bendanya. Namun di sisi lain, dia bersyukur karena keluarganya selamat dari kobaran si jago merah. “Semua yang ada di rumah saya terbakar. Bayi dan istri saya sedang keluar. Ada banyak barang di rumah," ujar Rashid.
Kebakaran kerap melanda kamp pengungsi Rohingya. Pekan lalu, kebakaran menghanguskan pusat perawatan Covid-19 untuk pengungsi Rohingya. Tragedi kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa.
Seorang pengungsi Rohingya, Mohammad Yasin mengeluhkan kurangnya peralatan keselamatan kebakaran di kamp pengungsian. Yasin harus kehilangan tempat tinggal dan sejumlah dokumen penting dalam insiden kebakaran pada Ahad. Yasin mengatakan, tidak ada air di kamp pengungsian sehingga para penghuni kamp kesulitan untuk memadamkan api.
“Kebakaran sering terjadi di sini. Tidak mungkin kami bisa memadamkan api. Tidak ada air. Rumah saya terbakar. Banyak dokumen yang saya bawa dari Myanmar juga terbakar,” kata Yasin.
Pada Maret 2021, kebakaran hebat melanda kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh selatan. Kebakaran ini menewaskan 15 pengungsi Rohingya dan menghancurkan lebih dari 10 ribu gubuk penampungan.
Ketika itu, kebakaran di kamp Balukhali di distrik Cox's Bazar terjadi pada sore hari dan menyebar dengan cepat melalui empat blok. Empat unit petugas pemadam kebakaran berjuang untuk mengendalikan api karena penyebarannya yang sangat cepat.
Bangladesh telah menjadi tempat pelarian bagi lebih dari satu juta Muslim Rohingya. Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi dan organisasi kemanusiaan, Save the Children, jumlah pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp pengungsian di Cox's Bazar berkisar antara 800 ribu hingga lebih dari 900 ribu orang.
Sebagian besar pengungsi telah melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar. Pada 2016 dan 2017, militer Myanmar meluncurkan kampanye pembunuhan dan pembakaran brutal, yang memaksa lebih dari 740 ribu minoritas Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.
Operasi penumpasan militer di Myanmar pada 2017 disebut memiliki niat tindakan genosida. Kasus genosida ini dibawa ke pengadilan di Mahkamah Internasional. Myanmar membantah tuduhan genosida tersebut.
Myanmar berdalih operasi militer adalah tindakan kontra-terorisme yang sah. Pada 2019, PBB mengatakan, militer masih melanjutkan tindakan pelanggaran berat hak asasi manusia di beberapa negara bagian seperti Rakhine, Chin, Shan, Kachin dan Karen yang menampung etnis minoritas.
Bangladesh telah menampung para pengungsi di kamp-kamp pengungsian yang padat. Bangladesh ingin melanjutkan proses repatriasi atau pemulangan kembali para pengungsi Rohingya ke Myanmar. Sejauh ini, beberapa upaya repatriasi di bawah kesepakatan bersama gagal karena Rohingya menolak untuk pergi dari kamp pengungsian.
Para pengungsi Rohingya takut kembali ke Myanmar, karena negara tersebut tidak mengakui hak-hak dasar Rohingya termasuk kewarganegaraan. Para pengungsi Rohingya juga khawatir akan menghadapi kekerasan lagi jika kembali ke kampung halaman mereka.
Bangladesh menuai pujian karena menerima pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar dan melintasi perbatasan. Tetapi hanya sedikit pengungsi yang dapat tinggal dengan nyaman di rumah permanen.
Pengungsi Rohingya dari Myanmar telah bertahun-tahun berlayar ke beberala negara ASEAN, eperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia untuk mencari perlindungan. Bulan lalu, Indonesia mengizinkan sebuah kapal pengungsi Rohingya untuk berlabuh, setelah ada seruan dari organisasi bantuan untuk mengizinkan kapal tersebut mencari perlindungan.