BNI Maksimalkan Layanan Transaksi LCS Yen

Jepang jadi negara dengan aktivitas transaksi valuta asing paling menonjol.

Republika/Aditya Pradana Putra
BNI. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memaksimalkan layanan transaksi LCS Yen.
Rep: Novita Intan Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memaksimalkan layanan transaksi mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) Yen karena potensinya yang besar.

Direktur Treasury & Internasional BNI, Henry Panjaitan mengatakan, transaksi LCS BNI meningkat signifikan sekitar 6,25 persen. Dari empat negara yang memiliki kerja sama LCS, Jepang pun menjadi negara dengan aktivitas transaksi valuta asing paling menonjol.

"Kami pun telah menyiapkan strategi untuk mendukung kenaikan transaksi LCS. Tahun ini, BNI akan meningkatkan literasi kepada seluruh nasabah, yang akan didukung juga oleh beberapa stimulus sehingga aktivitas transaksi LCS bisa meningkat," ujar Henry dalam keterangan resmi, Rabu (12/1/2022).

Sementara itu Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Ahmadi menilai potensi pemanfaatan LCS masih sangat besar. Terlebih nilai transaksi terkait LCS dengan mata uang Yen cukup besar dibanding beberapa negara lain yang telah meneken perjanjian kerja sama ini.

"Di antara LCS Indonesia, Jepang nilai terbanyak, tetapi masih sangat banyak ruang-ruang peluang yang terbuka," ucap Heri.

Dia berharap, melalui LCS, perusahaan-perusahaan Jepang yang memiliki cakupan bisnis ke Indonesia, dan perusahaan-perusahaan Indonesia yang memiliki eksposur usaha ke Jepang bisa lebih efisien karena tidak perlu repot-repot mengkonversi nilai tukar.

"LCS akan sangat mempermudah transaksi antara PT (perusahaan-perusahaan) di Indonesia & Jepang,: kata Heri.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan salah satu aspek penting dalam implementasi LCS yakni kehadiran bank pelaksana di negara yang telah bekerja sama. Maka begitu, implementasi LCS bisa lebih efektif dan ketergantungan terhadap dolar AS bisa berkurang.

"Sebenarnya bukan semata-mata banyak LCS-nya, tetapi yang lebih penting adalah efektivitas dari implementasinya. Kemudian porsi valuta asing non-USD yang menjadi target pengurangan ketergantungan terhadap dolar AS," kata Kasan.

Baca Juga


 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler