Strategi ID Food Bangun Ekosistem Pangan Terintegrasi
ID Food merupakan identitas baru holding BUMN pangan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Induk holding BUMN pangan, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI, siap menjalankan tugas untuk menciptakan ekosistem pangan yang terintegrasi. Hal ini disampaikan Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi saat peluncuran Holding BUMN Pangan bernama ID Food di Museum Fatahillah, Kawasan Kota Tua, Jakarta, Rabu (12/1/2022).
Arief menyebut terdapat sepuluh kementerian dan lembaga yang mendukung terwujudnya pembentukan holding pangan. "Dukungan ini sangat berarti bagi pembentukan serta pengembangan holding bumn pangan," ujarnya.
Arief berharap peluncuran ID Food sebagai identitas baru holding BUMN pangan menjadi pemicu dalam mewujudkan tiga sasaran utama yakni mendukung ketahanan pangan nasional, inklusivitas bagi petani, peternak, dan nelayan, serta menjadi perusahaan pangan berkelas dunia.
"Semoga holding BUMN pangan dapat memberikan peran yang lebih dalam ekosistem pangan nasional," ucap Arief.
Arief menyampaikan penguatan ekosistem pangan BUMN sudah dimulai mulai dari penggabungan sejumlah BUMN yang memiliki kesamaan fokus bisnis seperti PT Bhanda Ghara Reksa (BGR Logistics) yang bergabung ke dalam PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), PT Perikanan Nusantara (Perinus) yang bergabung ke dalam PT Perikanan Indonesia (Perindo), dan PT Pertani yang masuk ke dalam PT Sang Hyang Seri.
"Saat ini, mulai dari hulu dan hilir disatukan jadi tidak ada duplikasi lagi," ungkapnya.
Dalam program Makmur, ucap Arief, ID Food berbagi peran dengan BUMN lain seperti Pupuk Indonesia, BRI, Jasindo, hingga Jamkrindo. ID Food sendiri berperan sebagai offtaker yang menyerap hasil produksi para petani.
Arief menyampaikan ID Food juga telah melakukan sejumlah perbaikan, mulai dari transformasi sunber daya manusia hingga recofusing model bisnis.
"Holding pangan dikondisikan sebagai komersial. Harapannya dengan ekosistem yang ada, maka ketersediaan, kualitas, dan keterjangkauan pasokan (pangan nasional) bisa kita jaga," lanjut Arief.
Arief menyebut holding pangan telah memiliki sejumlah produk unggulan mulai dari beras, minyak, dan gula. Khusus untuk gula, ucap Arief, holding pangan memiliki lima pabrik gula berkapasitas 280 ribu ton per tahun yang berkontribusi hingga 14 persen dari produksi gula nasional.
"RNI dalam rantai pasok minyak goreng untuk (sektor) distribusi. Seperempat produksi minyak goreng PTPN itu didistribusikan melalui anak usaha RNI yakni PPI," kata Arief.
Sementara itu Menteri BUMN Erick Thohir berharap ID Food dapat lebih maksimal dalam membantu program Makmur yang terbukti sukses. Erick mengatakan program Makmur yang awalnya ditargetkan mencapai 50 ribu hektare sawah kini telah melebihi target dengan luasan mencapai 85 ribu hektare sawah dan menaungi 79 ribu petani.
Erick mengatakan program Makmur menjadi bukti penguatan ekosistem akan mampu meningkatkan kesejahteraan para petani. Erick tak menutup kemungkinan memperluas program Makmur untuk para peternak dan nelayan ke depan.
"ID Food kita dorong untuk melakukan perbaikan rantai pasok pangan yang selama ini tidak ada kepastian, tidak ada koordinasi satu dan lainnya," ucap Erick.
Kata Erick, penguatan ekosistem pangan BUMN menjadi langkah awal dalam mendorong peningkatan ekosistem pangan secara nasional. Untuk itu, Erick telah menggabungkan sejumlah BUMN dalam holding pangan yang memiliki fokus bisnis yang sama.
Erick berharap penggabungan ini dapat kembali menyehatkan kondisi BUMN pangan. Oleh karena itu, Erick meminta BUMN pangan segera melakukan inovasi model bisnis yang selaras dengan perkembangan zaman.
"Yang penting kita ubah model bisnis dan tentu banyak aset-aset yang tidak masuk dalam strategi besar RNI bisa dilepas ke BUMN lain yang punya produk yang sama," ungkap Erick.
Bagi Erick, ID Food harus meningkatkan inovasi dan teknologi agar bisa bersaing. Erick menilai inovasi dan teknologi menjadi kunci utama di era disrupsi saat ini.
"Kalau tidak dilakukan, jangan kaget 10 tahun lagi Indonesia kalah sama Rwanda yang mereka melakukan perubahan besar-besaran untuk agrikultur waktu 10 tahun tidak lama, dengan inovasi teknologi dengan inovasi, RNI ini bisa," kata Erick.