Musim DBD, PMI Indramayu Alami Peningkatan Permintaan Trombosit Darah

Kasus DBD di Indramayu naik, permintaan trombosit ke PMI pun meningkat.

Antara/Raisan Al Farisi
Stok trombosit di Laboratorium Unit Transfusi Darah (UTD) PMI. Permintaan trombosit ke PMI Kabupaten Indramayu mencapai 10-12 labu per hari sejak kasus DBD naik.
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Permintaan trombosit darah yang diajukan ke Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Indramayu meningkat. Hal itu terjadi saat warga banyak yang terkena serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Baca Juga


Ketua PMI Kabupaten Indrmayu, Mulya Sedjati, mengatakan, di bulan ini, permintaan trombosit darah rata-rata mencapai 10-12 labu per hari. Jumlah itu melonjak tinggi dibandingkan kondisi normal yang hanya di kisaran tiga labu per hari.

"Saat ini, cuaca panas dan hujan silih berganti, banyak yang kena DBD. Permintaan trombosit jadi meningkat," ujar Mulya saat ditemui Republika.co.id di sela kegiatan donor darah yang digelar PWI Perwakilan Indramayu bekerja sama dengan PMI dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional, Rabu (12/1/2022).

Mulya mengatakan, setiap pasien DBD biasanya membutuhkan trombosit minimal empat labuh. Karenanya, semakin banyak pasien DBD, maka permintaan trombosit juga semakin meningkat.

Mulya menjelaskan, untuk memperoleh trombosit, dibutuhkan perlakuan khusus saat pengambilan darah dari pendonor. Di sisi lain, masa berlaku penggunaan trombosit pun tidak lama, hanya sekitar tiga hari, sehingga menjadi kendala untuk menyetoknya.

Meski demikian, lanjut Mulya, pihaknya tetap berupaya untuk tetap bisa memenuhi permintaan trombosit. Karena itu, PMI Indramayu membina Komunitas Darah Sehat (Komdas), yang membantunya dalam memenuhi permintaan trombosit maupun darah secara umum.

"Saat di PMI tidak ada stok, komunitas itulah yang membantu mencari donor pengganti. Prinsipnya, jangan sampai saat ada warga yang butuh darah, ternyata tidak ada. Karena bagaimanapun itu menyangkut nyawa," ujar Mulya.

Mulya menyebut, selain trombosit, kebutuhan darah secara umum di Kabupaten Indramayu mencapai 50 hingga 60 labu per hari. Darah tersebut digunakan untuk memasok kebutuhan darah bagi pasien di sepuluh rumah sakit yang bekerja sama dengan PMI Indramayu.

"Golongan darah yang paling banyak dibutuhkan adalah O," terang Mulya.

Terpisah, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Wawan Ridwan, mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai DBD. Apalagi, kondisi curah hujan di musim hujan sejauh ini tidak menentu.

Hujan yang mengguyur Kabupaten Indramayu kerap berselang dengan panas terik sehingga menimbulkan genangan air. Genangan itulah yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, penyebar penyakit DBD.

"Kami imbau masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)," kata Wawan.

Wawan menyebutkan, sepanjang 2021, kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Indramayu tercatat ada 180 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan dibandingkan kasus yang terjadi pada 2020 yang mencapai 214 orang.

"Dari kasus yang terjadi pada 2020 maupun 2021, masing-masing menyebabkan kematian sebanyak empat orang," kata Wawan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler