Pergi ke Mars Bisa Bikin Astronaut Alami Anemia Parah
Astronaut berisiko mengalami anemia yang parah jika pergi ke luar angkasa.
REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Manusia sedang berencana untuk melakukan perjalanan menuju ke Planet Mars. Namun, menurut penelitian baru, perjalanan ini akan sangat menantang karena perjalanan luar angkasa menghancurkan sel darah merah.
Peneliti mengatakan bahkan turis luar angkasa yang mengantre untuk perjalanan singkat mungkin harus tinggal di rumah jika mereka berisiko terkena anemia atau kekurangan sel darah merah.
Dilansir dari The Sydney Morning Herald, Senin (17/1/2022), astronaut diketahui mengalami anemia ruang angkasa, namun sampai sekarang, itu dianggap sementara. Satu studi NASA menyebutnya “penyakit 15 hari”.
“Namun faktanya, anemia adalah efek utama pergi ke luar angkasa,” kata Dr Guy Trudel dari University of Ottawa, yang memimpin penelitian terhadap 14 astronaut yang didanai oleh Badan Antariksa Kanada.
Dokter menghubungkannya dengan penghancuran sel darah merah atau hemolisis, yang dihasilkan dari perpindahan cairan saat tubuh astronaut berada di lingkungan tanpa bobot dan saat kembali mengalami gaya gravitasi.
“Selama Anda berada di luar angkasa, Anda menghancurkan lebih banyak sel darah daripada yang Anda buat,” kata Trudel.
Biasanya, tubuh menghancurkan dan mengganti hampir dua juta sel darah merah per detik. Tim Trudel menemukan tubuh astronaut menghancurkan tiga juta sel darah merah per detik selama misi enam bulan mereka.
“Kami pikir kami tahu tentang anemia ruang angkasa, dan ternyata tidak,” ujar Trudel.
Para astronaut menghasilkan sel darah merah ekstra untuk mengompensasi yang hancur. Tapi, Trudel bertanya, berapa lama tubuh bisa terus-menerus memproduksi 50 persen lebih banyak sel darah merah? NASA memperkirakan sebuah misi perjalan pulang pergi ke Mars akan memakan waktu sekitar dua tahun.
“Jika Anda sedang dalam perjalanan ke Mars dan ... Anda tidak dapat mengikuti kebutuhan untuk memproduksi semua sel darah merah ekstra itu, Anda bisa berada dalam masalah serius,” katanya.
Memiliki lebih sedikit sel darah merah di luar angkasa bukanlah masalah ketika tubuh Anda tidak berbobot, tambah Trudel. Namun, setelah mendarat di Bumi, dan berpotensi di planet lain, anemia dapat memengaruhi energi, daya tahan, dan kekuatan astronaut.
Setahun setelah kembali ke Bumi, sel darah merah astronaut belum sepenuhnya kembali ke tingkat pra penerbangan, timnya melaporkan pada Jumat (14/1/2022) di Nature Medicine.
Trudel juga mempelajari efek imobilitas pada pasien yang terbaring di tempat tidur selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Temuan baru ini meniru apa yang dia lihat pada pasiennya, yang menunjukkan bahwa apa yang terjadi di luar angkasa mungkin juga terjadi pada pasien yang tidak bergerak.
“Solusi untuk satu juga bisa berlaku untuk yang lain,” katanya.
Sulekha Anand, yang meneliti fisiologi manusia di San Jose State University dan tidak terlibat dalam penelitian ini, setuju.
“Temuan ini memiliki implikasi untuk memahami konsekuensi fisiologis dari penerbangan luar angkasa dan anemia pada pasien di darat,” ujar Anand.
Trudel adalah tim yang sedang mempelajari cara memecahkan masalah, katanya.