Varian Berikutnya Setelah Omicron Mungkin Lebih Mengkhawatirkan

Varian baru SARS-CoV-2 kemungkinan bisa menjadi lebih berat dan mengkhawatirkan.

ANSA
Gambar pertama varian omicron dirilis oleh pakar dari ANSA, Italia. Peneliti membandingkan mutasi yang terjadi pada spike protein omicron dibandingkan dengan varian delta. Para ahli tidak tahu seperti apa varian berikutnya yang muncul dari SARS-CoV-2.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan di seluruh dunia memperkirakan bahwa akan ada varian lain dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19. Bahkan, varian lainnya ini mungkin akan lebih mengkhawatirkan.

Saat ini, omicron menjadi varian yang dominan beredar di banyak negara di dunia. Setiap infeksi disebut memberi peluang bagi virus untuk bermutasi dan punya kecenderungan untuk memiliki keunggulan dibanding pendahulunya.

Virus tersebut menyebar jauh lebih cepat meski muncul di tengah upaya penambahan kekebalan terhadap manusia, seperti lewat vaksinasi Covid-19. Ini berarti akan lebih banyak orang yang terkena virus yang berkembang lebih lanjut.

Para ahli tidak tahu seperti apa varian berikutnya yang muncul dari SARS-CoV-2. Namun, mereka menyebut bahwa kemungkinan varian baru bisa menjadi lebih berat dan mengkhawatirkan serta tidak ada vaksin yang efektif untuk melawannya.

"Semakin cepat omicron menyebar, semakin banyak peluang untuk mutasi, yang berpotensi menyebabkan lebih banyak varian," ujar Leonardo Martinez, ahli epidemiologi penyakit menular di Universitas Boston.

Sejak dikonfirmasi pertama kali pada pertengahan November 2021, omicron telah menyebar dengan cepat di banyak negara di dunia. Penelitian menunjukkan, varian ini setidaknya dua kali lebih menular dari delta dan setidaknya empat kali lebih menular dari versi asli virus.

Omicron lebih mungkin menginfeksi kembali individu yang sebelumnya pernah terkena Covid-19. Bahkan, varian ini disebut dapat menyebabkan infeksi terobosan pada orang yang telah divaksinasi sambil menyerang yang tidak divaksinasi.

Baca Juga


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan rekor 15 juta kasus Covid-19 terbaru pada 3 hingga 9 Januari 2022, meningkat 55 persen dari pekan sebelumnya. Penyebaran varian yang jauh lebih mudah, meningkatkan kemungkinan virus akan menginfeksi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah kemudian memberinya lebih banyak waktu untuk mengembangkan mutasi yang kuat.

"Ini adalah infeksi yang lebih lama dan persisten yang tampaknya menjadi tempat berkembang biak yang paling mungkin untuk varian baru," jelas Stuart Campbell Ray, pakar penyakit menular di Johns Hopkins University.

Karena omicron tampak menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada delta, hal ini memicu harapan bahwa infeksinya bisa menjadi awal tren yang pada akhirnya membuat virus lebih ringan, seperti flu biasa. Namun, sebuah varian juga bisa mereplikasi jika orang yang terinfeksi awalnya menunjukkan gejala ringan lalu menyebarkan virus dengan berinteraksi dengan orang lain dan membuat tingkat keparahan gejala.

Ketika varian baru berkembang, menurut para ilmuwan, masih sangat sulit mengetahui fitur genetik yang tersebar. Sebagai contoh, omicron memiliki lebih banyak mutasi dibandingkan varian sebelumnya.

Untuk mencegah munculnya varian, para ilmuwan menekankan untuk melanjutkan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan mendapatkan vaksinasi. Para ilmuwan mengatakan bahwa vaksin masih menawarkan perlindungan, termasuk dosis tambahan atau booster yang berpotensi mengurangi tingkat keparahan gejala akibat Covid-19.

Baca juga : BPOM Keluarkan Persetujuan Baru untuk Booster Heterolog

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler