PTM 100 Persen Dimulai, Banyak Siswa di Sleman Warnai Rambut

Siswa baru mengembalikan warna rambut mereka ketika dilaksanakan ASPD.

republika.co.id
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) (ilustrasi)
Rep: Wahyu Suryana Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman sudah memulai pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen pekan ini. Kepala Disdik Sleman, Ery Widaryana, turut menyoroti banyaknya siswa yang mewarnai rambut selama pembelajaran jarak jauh (PJJ).


Ia menilai, siswa mengembalikan warna rambut mereka kembali ke hitam baru ketika dilaksanakan Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah (ASPD). Sebab, agenda yang diselenggarakan selama tiga hari itu harus menghadirkan siswa ke sekolah lagi.

"Kita tidak tahu selama PJJ murni anak-anak itu yang saya amati banyak yang tidak suka rambut hitam, banyak yang menjadi biru, menjadi merah," kata Ery, Selasa (18/1).

Ery menerangkan, PTM 100 persen dalam dua pekan awal semester genap dilaksanakan seperti semester 1, yakni PTM secara terbatas. Penerapan itu diharapkan untuk evaluasi sekaligus mematangkan persiapan dan melihat perkembangan kasus Covid-19.

Sebelum PTM 100 persen ini, Disdik bekerja sama Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman sudah melakukan swab PCR secara sampling di SD dan SMP yang kalurahannya masuk di zona merah. Ia bersyukur, setelah dilakukan swab PCR sampling, hasilnya negatif.

Kemudian, pada 17 Januari 2022, PTM sekolah-sekolah di Sleman sudah diterapkan 100 persen. Untuk pembelajaran TK maksimal empat jam dengan per jamnya 25 menit, Kelas 1 dan 2 SD maksimal 30 jam per pekan dengan pelajaran 30 menit per jam.

Kelas 3 SD maksimal 32 jam per pekan dengan pelajaran 30 menit per jam, Kelas 4-6 maksimal 34 jam per pekan dengan pelajaran 35 menit per jamnya. Sedangkan, pelajar SMP maksimal 36 jam per pekan dengan pelajaran 40 menit per jamnya.

Intinya, lanjut Ery, masing-masing sekolah diberikan batas maksimal pelajaran enam jam. Ia berharap, dengan pelaksanaan PTM 100 persen sekolah-sekolah mulai menyesuaikan beban kurikulum agar anak-anak tidak banyak tertinggal materi.

Sehingga, bisa mengejar materi-materi yang mungkin kurang maksimal diberikan melalui pembelajaran daring. Ery turut meminta kepada tenaga kependidikan di sekolah-sekolah mengoptimalkan perannya dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Kami sudah menyampaikan ke bapak/ibu guru dan tenaga kependidikan harus menjadi agen-agen penegak kedisiplinan menaati protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan memakai sabun dan menjaga jarak semaksimal mungkin," ujar Ery. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler