'Penurunan Harga Minyak Goreng Belum Berlaku Merata'
Banyak warga menilai kondisi di lapangan tidak sesuai dengan aturan pemerintah.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah mulai menurunkan harga minyak goreng menjadi Rp 14 ribu per liter sejak Rabu (19/1). Harga minyak ini turun dari yang sebelumnya dibanderol sekitar Rp 20 ribu per liter. Menurut sebagian pedagang maupun pembeli di pasaran, harga ini dirasa memberatkan mengingat minyak goreng senantiasa dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, informasi mengenai penurunan harga minyak ini masih terdengar simpang siur di masyarakat. Hal ini dikarenakan, program satu harga belum diterapkan secara merata mulai hari ini. Sehingga, banyak warga menilai kondisi di lapangan tidak sesuai dengan aturan pemerintah.
"Kebanyakan warga tidak terlalu paham soal isi berita sehingga banyak yang termakan hoaks, karena isi berita tidak sesuai dengan yang ada di lapangan," kata Salomo (20), distributor perusahaan ritel.
Lebih lanjut, penurunan harga minyak goreng menjadi Rp 14 ribu adalah untuk minyak subsidi. Sedangkan untuk minyak goreng non-subsidi masih terbilang mahal, yaitu kisaran Rp 20 ribu per liter.
“Belum diberlakukan satu harga dan tidak akan mungkin diberlakukan satu harga apa pun kemasannya (sederhana dan premium),” kata Salomo.
Sementara itu, menurut keterangan Salomo (20), program satu harga diterapkan pada setiap pembeli mulai pekan ini. Sebagai langkah pertama dalam menyediakan minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu, pemerintah pun akan melakukannya melalui ritel modern yang menjadi anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Kendati demikian, kebanyakan toko ritel masih takut untuk mengulak minyak goreng dengan adanya berita yang dinilai masih simpang siur. Jika hal buruk terjadi, maka akan terjadi kekosongan minyak di mana-mana.
“Kebanyakan toko ritel takut untuk kulakan minyak karena berita yang menghebohkan ini, tetapi itu berdampak buruk karena akan terjadi kekosongan minyak di mana-mana,” tutur Salomo, yang merupakan distributor CV SYLM Jaya.
Sementara itu, berdasarkan survei Republika hari ini, beberapa warung belum mulai menerapkan program satu harga.
"Belum turun harga kok, masih sama saja. Saya juga nggak tahu kapan turunnya,” kata salah satu pemilik warung di daerah Terban, Yogyakarta.
Sedangkan untuk pasar tradisional sendiri diberikan waktu selama satu pekan untuk melakukan penyesuaian harga.