Digitalisasi Desa, Telkom Hadirkan Aplikasi SimpelDesa

Kompleksitas masalah kependudukan butuh solusi cerdas seperti aplikasi SimpelDesa

Telkom
Smart Village Nusantara (SVN) PT Telkom, dengan aplikasi Simpeldesa hadir mendukung digitalisasi desa. (ilustrasi)
Rep: Arie Lukihardianti Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Digitalisasi desa yang salah satunya melalui layanan SimpelDesa dari Smart Village Nusantara (SVN) PT Telkom dirasakan oleh pemerintahan desa dan kecamatan, di era sekarang  bukan lagi sebuah pilihan tapi kewajiban.  

Menurut Salah Satu pengguna layanan SVN PT Telkom, Camat Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Dudi Supriadi, kompleksitas masalah kependudukan membutuhkan solusi yang cerdas, cepat, namun tepat.

"Contohnya kami ini sudah kebingungan simpan arsip di mana, bingung kalau mau dihanguskan yang mana karena tiap hari bertambah. Demikian pula jumlah penduduk terus bertambah, sekarang saja sudah 100 ribu orang," ujar Dudi dalam keterangan persnya Kamis (20/1).

Dudi mengatakan, layanan SimpelDesa akan mendigitalisasi desa yang saat ini telah menjadi tuntutan masyarakat. Karenanya, aparat desa tidak lagi memandang teknologi informasi komunikasi (TIK) sebagai pilihan namun sebuah kewajiban.

"Kami punya 10 desa, ini akan meringankan saya kalau semua didigitalisasi karena pola percepatan dan prosesnya menjadi lebih baik. Kalau sekarang baru satu desa di Ciburuy, harapannya nanti semuanya terkoneksi SimpelDesa," katanya.

Menurut Kepala Desa Ciburuy, Kec Padalarang KBB Firmansyah, SimpelDesa adalah penyuntik semangat dan vitamin moral bagi kades muda sepertinya di tengah berbagai tantangan kependudukan yang makin kompleks.

"Sekarang kami sudah rasakan, data kependudukan dari 20 ribu warga kami, sudah bisa diinput 60 persennya dalam dua minggu. Kalau semua sudah masuk, kami optimistis akan bisa beri layanan prima ke masyarakat," katanya.

Firmansya mengatakan, layanan SVN akan memudahkan banyak hal. Contohnya untuk layanan berkas kependudukan, registrasi LKD (Lembaga Kemasyarakatan Desa), mendata usaha mikro di desa, hingga pengelolaan BUMDesa.

"Semangat kami berbakti akan dimudahkan aplikasi digital SimpelDesa, apalagi kami punya komunitas anak muda relawan Rancage yang melek IT," katanya.

Sementara menurut Senior Leader Smart Villages & Community PT Telkom Wahyudi, konsep smart village adalah penjabaran dari konsep layanan sebelumnya yakni smart city. Karenanya, sejumlah fitur kemudahan diberikan persis seperti pelayanan berbasis digital, komunikasi dan interaksi dengan masyrakat, musrenbang secara virtual, hingga adanya transparansi APBDesa.

"SVN akan menciptakan kenyamanan dan perbaikan akan pelayanan, jangan sampai ada cerita warga yang sudah jauh-jauh mau urus surat ke Desa eh ternyata surat belum beres. Jangan sampai surat penting dari Sekdes kehujanan di jalan, jadi ga terbaca," katanya.

SimpelDesa juga, memungkinkan diseminasi informasi serempak tak lagi harus selalu pakai pengeras suara, begitupun dengan respon warga yang bisa bisa dimonitor. Bahkan survey-survey kependudukan bisa dikreasikan di aplikasi tersebut, termasuk koordinasi virtual antar desa, dan pemerintahan di atasnya.

Selain tata pemerintahan, kata dia, aplikasi ini juga mengurus sisi tata sosial di pedesaan semisal infomasi jadwal timbang bayi, pengumpulan zakat infaq shodaqoh (ZIS), donor darah, hingga panic button di ponsel yang terkoneksi dengan Babinmas.

"Untuk tata niaga dari SimpelDesa, aplikasi ini bisa untuk menata usaha kecil menengah, menyambungkan sisi ekonomi melalui perdagangan digital, termasuk BUMDes bisa benar-benar menjadi soko guru ekonomi. Prinsipnya ini lebih komprehensif," katanya.

Menurutnya, BUMDes juga bisa memberikan layanan sederhana seperti pembayaran PLN/PDAM, pulsa, BPJS, Pajak, mengelola Ojek Desa. Bahkan termasuk transaksi perdagangan dengan sesama desa yang sudah menggunakan SimpelDesa seperti Combring dari Ciburuy dengan hasil laut dari Desa Pangandaran.

Wahyudi mengatakan pihaknya akan terus mengedukasi pemerintahan desa dan masyarakatnya terkait digitalisasi desa ini termasuk di dalamnya aplikasi SimpelDesa ini karena yang perlu berubah total adalah cara pikir. Sebab dalam transformasi desa menuju desa digital, teknologi informasi komunikasi (TIK) sebatas perangkat pendukung saja.

Samsul Widodo, Staff Ahli Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mengatakan, koneksi antar desa atau pihak luar harus menjadi perhatian dari aplikasi SimpelDesa.

"Kendala desa dari Sabang sampai Papua itu masih sama yakni minimnya konektor untuk produk usaha kecil dari sebuah desa sehingga produk desa sendiri hampir tak ada di warung atau toko di daerah itu sendiri," katanya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler