Dinkes Semarang: Masyarakat dengan Mobilitas Tinggi Rentan Covid-19

Semarang terus mengejar capaian vaksinasi untuk cegah efek Omicron.

ANTARA/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
Warga melintas di dekat mural bertema Covid-19. Kepala Dinkes Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam menyampaikan, belajar dari temuan kasus Omicron di Kota Semarang, umumnya ditemukan pada pasien yang memiliki aktivitas serta mobilitas antar daerah yang tinggi karena pekerjaannya.
Rep: S Bowo Pribadi Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang kembali mengingatkan kelompok masyarakat yang memiliki aktivitas serta mobilitas antar daerah relatif tinggi, agar lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes). Hal ini sebagai bentuk antisipasi serta kewaspadaan terhadap penularan Covid-19, tak terkecuali kewaspadaan terhadap varian Omicron, yang telah ditemukan kasusnya di wilayah Kota Semarang maupun daerah lain di Jawa Tengah.

Kepala Dinkes Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam menyampaikan, belajar dari temuan kasus Omicron di Kota Semarang, umumnya ditemukan pada pasien yang memiliki aktivitas serta mobilitas antar daerah yang tinggi karena pekerjaannya. Beberapa waktu lalu, Dinkes Kota Semarang menangani klaster pemularan di sebuah perusahaan yang lini I hingga lini III penularannya mencapai lebih dari 20-an orang.

“Meski hasil WGS-nya semuanya negatif Omicron dan sekarang sudah dinyatakan sembuh semua, namun dari kasus baru Covid-19 tersebut sebagian besar adalah pasien pelaku perjalanan, terutama dari Jakarta,” ungkapnya, di Semarang, Sabtu (22/1/2022).

Oleh karena itu, lanjut Abdul Hakam, Dinkes Kota Semarang terus mengupayakan edukasi kepada masyarakat di tempat- tempat umum, yang dimungkinkan menjadi salah satu tujuan dari kelompok masyarakat yang mobilitasnya tinggi. Upaya lain yang dilaksanakan oleh Dinkes Kota Semarang adalah melakukan percepatan program vaksinasi booster (penguat) kepada masyarakat. Pada pekan ini Dinkes Kota Semarang masih fokus untuk vaksinasi dosis kedua anak usia 6-11 tahun.

Sekaligus juga vaksinasi dosis pertama anak usia 6-11 tahun bagi yang belum. Sebab pada pelaksanaan dosis pertama di beberapa sekolah memang ada anak yang sedang sakit, berhalangan atau msih takut divaksin.

Berdasarkan data yang dimiliki Dinkes Kota Semarang, anak usia 6-11 tahun yang belum vaksin jumlahnya mencapai sekitar 10.000-an. Terkait hal ini masih terus diupayakan edukasi sambil vaksinasi booster juga mulai dilaksanakan.

Untuk vaksinasi yang dilaksanakan rata-rata sudah di atas angka 20.000 per hari. Artinya, vaksinasi pertama usia 6-11 maupun vaksinasi booster, upaya Dinkes Kota Semarang saat ini sudah mencapai 10.000-an per hari. “Mudah-mudahan, nanti di awal bulan Februari 2022, kita sudah bisa full atau berkonsentrasi penuh untuk pelaksanaan vaksinasi booster di wilayah Kota Semarang ini,” tambah Abdul Hakam.


Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler