Sidebar

Pembagian Miqat Maqani Saat Umroh dan Haji

Monday, 24 Jan 2022 10:10 WIB
Pembagian Miqat Maqani Saat Umroh dan Haji. Foto: Masjid Qarnul Manazil yang dijadikan salah satu tempat miqat untuk umrah dan haji.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Ibadah umrah tidak mempunyai miqat zamani (pelaksanaannya tidak dibatasi waktu tertentu) karena boleh dilakukan sepanjang tahun. Menurut Syaikh Sa'id bin Abdul Qadir Salim Basyanfar dalam kitabnya Al-Mughnie mengatakan, adapun miqat makaninya terbagi menjadi tiga kelompok.

Baca Juga


a. Kelompok Afaqi adalah kelompok yang bukan penduduk Tanah Suci Makkah dan tempat tinggalnya jauh di luar miqat.  Miqat mereka untuk umroh sama dengan miqat untuk haji.

b. Kelompok Miqati adalah kelompok yang tempat tinggalnya antara Tanah Suci Makkah dan miqat, seperti penduduk Jeddah dan Bahrah. Miqat umroh bagi mereka sama denga n miqat untuk haji (mereka melakukanihram dari tempat tinggalnya masing-masing).

c. Kelompok Makki adalah kelompokyang tinggal di tanah Suci Makkah. Mayoritas ulama berpendapat bahwa penduduk Makkah tidak boleh mengucapkan niat untuk umrah dari dalam Tanah Suci Makkah. Akan tetapi, mereka harus keluar ke tanah halal (bukan Thnah Suci), baru memulai ihram dari tempat itu.

"Itu adalah pendapat empat imam mazhab," katanya.

Imam Ibnu Qudamah berkata dalam kitabnya al-Mughni mengenai pembahasan miqat penduduk Tanah Suci Makkah.

"Jika ia mau menunaikan umroh, ia harus mulai dari tanah halal (bukan Thnah Suci)"

Hal yang saya ketahui dalam masalah itu, tidak ada perbedaan pendapat di antara para ulama." Imam al Muhibbu ath Thabari berkata, "Sepengetahuan saya, tidak seorang ulama pun yang menjadikan kota suci Makkah sebagai tempat miqat tntuk umrah dan demikian juga pendapat alHafizlbnu Hajar dalam kitabnya Fat-hul Bari."

Dalil pendapat itu adalah:

a. Dalil pertama

Dalil yang jelas dan terang tercantum dalam kitab Shahih Bukhari Muslim bahwa Rasulullah SAW telah memerintahkan Abdurrahman bin Abu Bakar supaya keluar dari Thnah Suci Makkah menuju Thn'im bersama Aisyah untuk melaksanakan umrahnya. Tan'im adalah tanah halal yang paling dekat ke Masjidil Haram.

b. Dalil kedua.

Perkataan Ibnu Abbas RA yang berbunyi: Perkataan Abbas RA: "Wahai, penduduk Makkah siapa saja di antara kamu yang ingin menunaikan umrah, jadikanlah di antara dia dan Tanah Suci Makkah itu lembah Muhassir.

Dalil ketiga

Orang yang menunaikan ibadah haji dan umroh dalam keadaan apapun harus mengumpulkan antara tanah halal (bukan Tanah Suci) dan Tanah Suci. Seorang Makkiy (penduduk Tanah Suci Makkah) jika berhaji, ia harus wuquf di Arafah.

Sementara Arafah itu adanya di tanah halal (bukan Tanah Suci). Begitu juga seorang Afaqi (bukan penduduk Makkah dan tinggal di luar miqat) dan seorang miqati (tinggal antara Tanah Suci Makkah dan miqat) semuanya datang dari tanah halal untuk menunaikan haji dan umroh.

Seorang Makki pun harus keluar ke tanah halal untuk menunaikan umrahnya. Sebagian ulama ada yang tidak sependapat dalam masalah itu.

Imam ash Shan'ani dalam kitab Subulus Salam berkata sebagai jawaban pendapar Syeikh al Muhib ath Thabari. Beliau berkata.

"Beliau tahu tidak ada seorang ulama pun yang menjadikan kota suci Makkah sebagai tempat miqm untuk umroh." Imam ash Shan'ani menjawab bahwa Rasulullah SAW sendiri yang menjadikan kota suci Makkah sebagai miqat seperti yang diterangkan dalam hadis Ibnu Abbas RA:

Dari lbnu 'Abbas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sampai penduduk Makkah menunaikan ihramnya dari kota Makkah.

"Bunyi hadis itu bersifat umum tentang haji dan umroh. Tidak mungkin membuat pengkhususan kecuali berdasarkan dalil. Tampaknya Imam Bukhari cenderung kepada pendapat itu.

Beliau berkata dalam kitab Sadhihnya, "Bab Menerangkan tentang tempat memulai Niat Umrah dan Haji bagi Penduduk Makkah. Adapun perintah Rasulullah SAW kepada Aisyah supaya menunaikan  ihram mrahnya dari Tanim, sesungguhnya Rasulullah SAW bermaksud menenangkan hati Aisyah supaya masuk ke Makkah dalam keadaan melakukan umroh seperti teman-teman perempuannya.

Adapun mengenai perkataan Ibnu Abbas RA, itu adalah berita yang tidak sampai kepada Rasulullah SAW Dalil itu tidak dapat dipakai sebagai pembanding dalil yang kedudukannya sampai langsung ke Rasulullah SAW.

 

 

 

Berita terkait

Berita Lainnya