Bayangkan Ketika Berhaji di Makkah Seperti Keadaan Setelah Mati
IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi berpendapat, haji merupakan gambaran kematian dan keadaan setelah mati. Maka dari itu, ketika masuk ke Makkah Al-Mukarramah seakan-akan masuk ke alam kubur.
"Di Makkah Mukarramah ada harapan untuk mendapatkan rahmat Allah SWT, karena Makkah adalah Darul-Aman. " kata Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Haji.
Akan tetapi, karena amal buruknya, orang hendaknya selalu merasa takut kalau-kalau di tempat yang aman pun ia tidak mendapatkan keamanan.Jamaah haji yang tinggal di Makkah Mukarramah selalu memperbaharui ingatan tentang harapan itu.
"Adanya Makkah Mukarramah sebagai tempat yang aman selalu mengingatkan kita kepada rahmat Allah, maghfirah-Nya, karunia-Nya, dan pemberian-Nya," katanya.
Karena, kata Syekh Zakariyya dengan mengingat seluruh amal buruknya yang telah ia kerjakan semasa hidupnya, maka ia akan teringat satu bait syair yang berbunyi:
"Jika setelah mati tidak hidup tenang, maka mau lari ke mana."
Memandang Baitullah mengingatkan kita ketika melihat rumah Al-Malik pada hari Kiamat. Dan karena Baitullah adalah tempat munculnya kehebatan, keagungan, dan kebesaran Allah swt., hendaknya kita datang ke Baitullah dengan penuh adab sebagaimana menerapkan adab pada waktu hadir di istana raja.
Thawaf di Baitullah mengingatkan thawafnya para malaikat di Arsy Mualla di mana mereka selalu mengerjakan thawaf di sana. Menangis dengan berselimutkan kelambu Ka'bah dan menangis di Multazam adalah seperti perbuatan seseorang yang bersalah kepada seorang tuan yang baik dan yang memenuhi segala keperluannya.
"Ia menangis dengan memegang ujung bajunya supaya dimaafkan, dan menangis sambil memegang di dinding Baitullah, karena inilah satu-satunya jalan agar dosa-dosanya dimaafkan," katanya.
Dan dia juga merupakan gambaran menangis pada hari kiamat karena teringat dosa. Kemudian Sa'i antara Shafa dan Marwah mengingatkan ketika kita berlari ke sana dan kemari pada hari masyhar.
Ali Yusuf