Rusia Masih Buka Pintu Dialog

Rusia tidak menolak sepenuhnya respons AS dan NATO atau menutup pintu diplomasi.

AP/Alexei Alexandrov
Seorang prajurit berjalan di sepanjang parit di wilayah yang dikendalikan oleh militan pro-Rusia di dekat garis depan dengan pasukan pemerintah Ukraina di Slavyanoserbsk, wilayah Luhansk, Ukraina timur, 25 Januari 2022. Rusia mengatakan sudah jelas Amerika Serikat (AS) tidak bermaksud mengatasi kekhawatiran keamanan utama mereka dalam ketegangan di perbatasan Ukraina. Tapi kedua belah pihak tetap membuka pintu dialog.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengatakan sudah jelas Amerika Serikat (AS) tidak bermaksud mengatasi kekhawatiran keamanan utama mereka dalam ketegangan di perbatasan Ukraina. Tapi kedua belah pihak tetap membuka pintu dialog.

Baca Juga


Pada Rabu (26/1/2022) lalu AS dan NATO mengirimkan respons tertulis pada tuntutan Rusia untuk menarik perjanjian keamanan pasca-Perang Dingin di Eropa. Tuntutan tersebut disampaikan setelah Moskow menumpuk pasukannya dekat Ukraina.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow butuh waktu untuk meninjaunya dan tidak akan buru-buru menyimpulkan. Tapi pernyataan AS dan NATO yang menggambarkan tuntutan utama Rusia tidak bisa diterima tidak meninggalkan banyak ruang pada optimisme.

"Berdasarkan apa yang mitra (AS dan NATO) kami katakan kemarin, sudah jelas mengenai kategori utama yang diuraikan rancangan dokumen itu, kami tidak bisa mengatakan pikiran kami masuk pertimbangan atau terdapat kesediaan yang menunjukan keprihatinan kami dipertimbangkan," katanya Jumat (28/1/2022).

"Tapi kami tidak akan berburu-buru dalam penilaian kami," katanya.

Reaksi Kremlin menunjukkan Rusia tidak menolak sepenuhnya respons AS dan NATO atau menutup pintu diplomasi. Washington mengatakan mereka dan sekutu-sekutunya berharap Rusia akan mempelajari respon mereka dan kembali ke meja negosiasi.

"Kami bersatu, bersatu dalam pilihan kami untuk diplomasi, tapi kami juga bersatu pada tekad kami bila Moskow menolak tawaran dialog, kerugian bergerak cepat dan berat," kata Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Politik AS Victoria Nuland.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan cara terbaik untuk meredakan adalah menarik pasukan NATO dari Eropa timur, tapi juga khawatir dengan invasi. Pemerintah AS mengatakan Presiden Vladimir Putin belum memutuskan apakah melakukan invasi.

"Kami sudah berulang kali menyatakan negara kami tidak berniat menyerang siapa pun, kami menganggap pemikiran perang antara orang-orang kami tidak dapat diterima," katanya juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexie Zaitsev.

Gedung Putih mengatakan dialog hati-hati Presiden AS Joe Biden yang berulang kali menelepon Presiden Volodymyr Zelenskiy selama beberapa pekan terakhir menghasilkan sikap tegas Washington dan sekutu untuk memberi respon tegas bila Rusia menginvasi Ukraina.

"(AS) mengeksplorasi bantuan makroekonomi tambahan untuk membantu perekonomian Ukraina di tengah tekanan yang dihasilkan pembangunan militer Ukraina," kata Gedung Putih dalam pernyataannya.

Di media sosial Twitter, Zelenskiy menulis Ukraina setuju dengan "aksi bersama di masa depan" dan membahas kemungkinan bantuan finansial. Sekelompok senator AS menggelar rapat untuk merancang legislasi yang akan meningkatkan bantuan pertahanan ke Kiev.

Dalam tuntutan keamanan yang diajukan bulan Desember lalu Rusia meminta agar NATO berhenti melakukan perluasan, melarang Ukraina bergabung dan menarik pasukan dan senjata aliansi pertahanan itu dari negara-negara Eropa timur yang bergabung usai Perang Dingin.

Respons AS dan NATO tidak diumumkan ke publik tapi keduanya sudah menolak permintaan-permintaan Rusia tersebut. Sementara terus mengungkapkan kesediaan untuk terlibat dalam berbagai isu mulai dari pengendalian senjata, membangun kepercayaan dan membatasi latihan dan cakupan latihan militer. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler