Metaverse, NFT dan Web 3.0 Bakal Menjadi Tren Tahun ini
Ke depan juga akan banyak bermunculan startup baru yang mencoba menggali pendanaan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 melahirkan pola bekerja dari rumah atau work from home (WFH) yang diiringi peningkatan pemanfaatan teknologi. Sejumlah teknologi dan inovasi pun dikabarkan bakal menjadi tren pada 2022. Sebut saja Metaverse, NFT, dan kali ini ada Web 3.0.
Konsep yang diusung web 3.0 adalah intelektualitas buatan (artificial intelligence). Bukan hanya manusia dengan manusia yang dapat berinteraksi satu sama lain, tetapi satu aplikasi dengan yang lain juga dapat berinteraksi. Lahirnya inovasi-inovasi baru itu dinilai akan mengubah kehidupan manusia dalam beberapa tahun ke depan.
Motivator Syamsul Safin mengatakan ke depan juga akan banyak bermunculan startup baru yang mencoba menggali pendanaan atau investasi agar bisa menjadi Unicorn. Hanya saja tidak mudah untuk membuat usaha tersebut. "Ada beberapa contoh perusahaan startup yang bangkrut," ujarnya.
Sebut saja Fabelio (markepalce furniture), Valadoo (situs e-commerce yang bergerak di bidang perjalanan wisata), dan Sorabel (e-commerce produk pakaian). Menurut Syamsul, penyebabnya perusahaan startup kehabisan modal di tengah jalan. "Ini yang dinamakan bakar uang," katanya.
Becermin dari pengalaman itu, para influencer sosial media linked-in tergerak untuk berkumpul bersama di Sentul, Bogor, Rabu (2/2/2022). Dengan prokes ketat, sekitar 100 orang bertemu secara offline dan 200 orang hadir secara online dari berbagai latar belakang profesi.
Pengguna linked-in seluruh dunia saat ini mencapai 740 juta pengguna, sekitar 21 juta penggunanya berasal dari Indonesia. Linked-In salah satu platform sosial media yang di dalamnya terdiri dari para profesional dari bermacam bidang.
Acara diprakarsai Syarea World, sebuah perusahan yang membantu pengusaha untuk tumbuh terutama pada masa pandemi. Acara juga didukung Mili, perusahaan platform digital berbasis apps. "Semoga acara ini dapat berkontribusi mengurangi pengangguran di Indonesia," ujar Deputy CEO Mili, Erik Yoachim.
Erik menjelaskan, Mili merupakan mitra bisnis perusahaan telekomunikasi di Indonesia, Telkomsel. Hubungan keduanya sudah terjalin lama sehingga Mili mampu berbisnis dengan basis digital.