Dipimpin AS, Israel dan Negara Muslim Gelar Latihan Maritim Internasional
Latihan dua tahunan ini digelar selama 18 hari.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Latihan angkatan laut yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dan mencakup 60 negara dan organisasi telah dimulai di sekitar perairan Teluk. Israel dilaporkan bergabung untuk pertama kalinya bersama negara-negara Muslim, seperti Pakistan.
Angkatan Laut AS mengatakan pada Selasa (1/2/2022) bahwa Latihan Maritim Internasional (International Maritime Exercise/IMX) dua tahunan ini digelar selama 18 hari. Sejak Senin lalu, kegiatan latihan ini mencakup 50 kapal dan 9.000 personel dari lebih dari 60 entitas.
Dilansir di TRT World, Kamis (3/2/2022), kegiatan ini mencakup sejumlah negara, di antaranya Arab Saudi, Pakistan, Oman dan Yaman, yang tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel. Selain itu, kegiatan latihan maritim ini juga dijadikan sebagai latihan pesawat tak berawak terbesar di dunia.
Angkatan Laut AS dari Bahrain, di mana armada ke-5 bermarkas, mengatakan ada lebih dari 80 drone yang terlibat dalam kegiatan itu.
Latihan itu dilakukan di tengah ketegangan di kawasan atas program nuklir Iran dan pemberontak Yaman baru-baru ini yang menargetkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) dengan rudal dan pesawat tak berawak. Sementara itu, Arab Saudi dan Israel memiliki keinginan yang sama untuk menahan musuh bersama mereka, yakni Iran.
Juru bicara militer Israel Avichay Adraee telah mengunggah cuitan di Twitter bahwa Israel untuk pertama kalinya akan ambil bagian dalam latihan IMX. Pada November 2021 lalu, UEA dan Bahrain meluncurkan latihan angkatan laut bersama dengan Israel untuk pertama kalinya.
Di sisi lain, pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran menargetkan UEA tiga kali pada Januari dengan drone dan rudal. Serangan itu telah menewaskan tiga pekerja asing dalam serangan pertama pada 17 Januari 2022.
Awal bulan ini, pemberontak Houthi menyita sebuah kapal berbendera UEA di Laut Merah, dengan mengatakan kapal itu membawa senjata. Namun, klaim itu dibantah oleh UEA.
Angkatan Laut AS mengatakan pada Januari lalu bahwa pihaknya telah menghentikan sebuah kapal yang membawa 40 ton pupuk yang dapat digunakan untuk membuat bahan peledak saat melakukan perjalanan dari Iran di sepanjang rute yang sebelumnya digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Houthi. Pada Desember 2021, mereka menyita 1.400 senapan AK-47 dan amunisi dari kapal nelayan yang diklaim menyelundupkan senjata dari Iran ke Yaman.