Tinder Setop Kenakan Tarif Mahal untuk Pengguna Usia Tua
Tinder berencana untuk mengabaikan penetapan harga berdasarkan usia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tinder mengumumkan tidak akan membebani pengguna yang lebih tua dalam fitur premium, Tinder+. Kabar tersebut datang menyusul laporan terbaru yang mempertanyakan praktik aplikasi kencan yang membebankan biaya mahal kepada pengguna yang lebih tua.
Mozilla dan Consumers International merinci sebarapa banyak harga Tinder+ berdasarkan usia pengguna. Mereka mengandalkan pembeli misterius di enam negara yang berasal Amerika Serikat, Belanda, Selandia, Korea, India, dan Brasil yang mendaftar Tinder+.
Setelah mendaftar, mereka melaporkan kembali jumlah biaya yang dikenakan. Menurut laporan, pengguna Tinder yang berusia antara 30 dan 49 tahun dikenakan biaya rata-rata 65,3 persen lebih banyak dibandingkan pengguna yang lebih muda.
Fitur premium Tinder menawarkan akses seperti suka tanpa batas yang telah lama menjadi kontroversi untuk aplikasi kencan. Ketika diluncurkan, perusahaan mengatakan telah membebankan biaya yang lebih banyak kepada pengguna yang lebih tua karena orang yang lebih muda lebih terkendala dalam hal biaya. Sejak itu, Tinder telah dikritik dan dilaporkan setidaknya satu gugatan perwakilan kelompok atas praktik itu.
Meskipun Tinder telah berjanji untuk mengakhiri praktik di beberapa daerah, seperti California, perusahaan terus menawarkan tarif yang berbeda di banyak negara. Laporan terbaru dari Consumers International menyoroti seberapa besar perbedaan harga langganan aplikasi kencan.
Di Selandia Baru, harga premium Tinder mulai dari 4,95 hingga 24,54 dolar Amerika. Sementara di Belanda memiliki 31 harga yang berbeda dengan harga terendah 4,45 dan tertinggi 25,95 dolar Amerika.
Sekarang, Tinder berencana untuk mengabaikan penetapan harga berdasarkan usia. Dalam posting blog yang diterbitkan pada Ahad lalu, Tinder mengatakan pengguna yang lebih muda ditawari langganan dengan tarif berbeda untuk membuat Tinder lebih terjangkau bagi mereka yang masih sekolah atau di awal karir mereka.
Perusahaan mengatakan telah mengakhiri praktik di AS, Australia, dan Inggris serta berencana untuk menghilangkan penetapan harga berdasarkan usia untuk semua penggunanya pada akhir kuartal kedua tahun ini. Untuk menentukan tarif, perusahaan mengaku tidak pernah menggunakan informasi pribadi atau demografis lainnya.
Dilansir Engadget, Selasa (8/2), dalam sebuah pernyataan, juru bicara Tinder mengatakan laporan dari Consumers International sangat cacat dan berisi tuduhan yang sepenuhnya salah dan keterlaluan. Namun, dia tidak merinci lebih lanjut terkait tuduhan yang disampaikan.
Untuk ke depannya, Tinder berencana menawarkan lebih banyak fitur a la carte daripada langganan dengan tarif yang mahal. Belum lama ini, Tinder memperkenalkan koin yang memungkinkan pengguna melakukan pembelian dalam aplikasi satu kali.