Ejekan Nasionalis Hindu ke Siswi Berjilbab di India Picu Kecaman

Kecaman muncul atas aksi ejekan nasionalis Hindu ke siswi berjilbab.

AP Photo
Ejekan Nasionalis Hindu ke Siswi Berjilbab di India Picu Kecaman. Foto: Serombongan siswa perempuan India berjalan menuju sekolah mereka di Udupi, India, Senin (7/2/2022). Pelajar India yang menggunakan jilbab dilarang memasuki ruang kelas mereka.
Rep: Lintar Satria Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI -- Video siswi berhijab diejek sekelompok ekstrem kanan Hindu India yang tersebar di Twitter menuai kecaman. Peristiwa di sebuah kampus di Karnataka itu menambah ketegangan di sela unjuk rasa larangan memakai hijab di negara bagian sebelah selatan.

Baca Juga


Dalam sebuah video terlihat Muskan Khan dikepung sejumlah pria yang mengibarkan selendang kuning kunyit ke arahnya saat ia baru tiba di kampusnya di Mandya. Khan mengatakan orang-orang itu dari luar kampus.

Larangan hijab memicu mahasiswa muslim marah karena merasa kebebasan beragama yang tercantum dalam konstitusi India yang sekuler diserang. Upaya kelompok sayap kanan Hindu mencoba mencegah muslimah yang memakai hijab masuk ke ruangan kelas menyebabkan ketegangan massa.

"Saya baru saja tiba untuk mengumpulkan tugas, itu mengapa saja datang ke kampus, mereka tidak mengizinkan saya masuk karena saya (memakai) burqa," kata Khan pada stasiun televisi NDTV seperti dikutip Aljazirah, Rabu (9/2).

"Setelah itu mereka mulai meneriakkan slogan 'Jai Shri Ram' (Yang Mulai Ram), lalu saya mulai berteriak Allahu Akbar," katanya sambil menambahkan akan terus memperjuangkan haknya memakai hijab.

"Sepuluh persen (pengunjuk rasa) berasal dari kampus tapi (sisanya) orang luar," kata Khan.

Pemerintah Negara Bagian Karnataka dikuasai partai sayap kanan Bharatiya Janata (BJP). Mereka mengatakan akan menutup institusi pendidikan selama tiga hari.

Ketegangan di Karnataka yang menaungi pusat teknologi India, Bengaluru, memicu kekhawatiran di masyarakat minoritas muslim mengenai semakin buruknya persekusi yang dilakukan pemerintah nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi. Dalam unjuk rasa terbaru polisi melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.

Sementara terlihat banyak sekolah di kota-kota sekitar yang dijaga ketat polisi. Ketua Menteri atau kepala kabinet Karnataka yang berasal dari BJP Basavaraj Bommai meminta masyarakat tenang. Ia mengumumkan semua sekolah di negara bagian itu ditutup selama tiga hari.

"Saya meminta semua mahasiswa, guru dan manajemen sekolah dan kampus, untuk menjaga perdamaian dan harmoni," katanya.

Bulan lalu para siswi di sekolah menengah atas negeri diminta tidak memakai hijab. Kemudian kelompok sayap kanan Hindu mencegah perempuan muslim masuk ke institusi pendidikan di negara bagian itu.

Pada 5 Februari lalu Pemerintah Karnataka yang 12 persen populasinya muslim mengeluarkan perintah semua sekolah mengikuti aturan seragam yang ditetapkan manajemen.

Menteri Pendidikan Karnataka BC Nagesh yang mencicit perintah itu mengatakan aturan berpakaian sekolah telah ditetapkan usai meninjau putusan pengadilan dari seluruh negeri untuk melarang hijab di institusi pendidikan.

Ketegangan antara mahasiswa muslim dan Hindu mulai terasa di kampus-kampus. Mereka mengatakan ketegangan mengganggu pendidikan mereka.

Pekan lalu media setempat melaporkan dengan mengutip perintah negara bagian sejumlah sekolah di Kota Udupi melarang murid perempuan memakai hijab. Larangan ini memicu protes dari siswi dan orang tua.

"Tiba-tiba mereka semua mengatakan jangan memakai hijab, kenapa dimulai dari sekarang?" kata Ayesha, remaja yang bersekolah di Mahatma Gandhi Memorial College di Udupi.

Ayesha mengatakan gurunya melarangnya ujian kimia karena ia memakai hijab. "Kami tidak melawan agama apa pun, kami tidak memprotes siapa pun, kami hanya menginginkan hak kami," katanya.

 

Dalam beberapa hari belakangan ketegangan semakin memanas di Udupi dan di wilayah lain di Karnataka yang mayoritas penduduknya Hindu. Para siswa memakai selendang warna kuning kunyit yang biasanya dipakai kelompok sayap kanan Hindu. Sebagai bentuk dukungan pada larangan hijab.

Seorang siswa bernama Amrut berdiri di dekat kerumunan anak-anak laki-laki Hindu yang memakai kain itu. Ia mengatakan ketegangan ini berdampak padanya dengan tidak adil karena ia tidak bisa datang ke kelas.

"Kami meminta mereka tidak memakai hijab, tapi hari ini mereka memakai hijab, mereka tidak mengizinkan kami masuk," katanya.

Tokoh pendidikan anak perempuan Malala Yousafzai mengatakan larangan hijab ini mengerikan.

“Objektifikasi wanita terus terjadi, memakai pakaian lebih atau kurang, pemimpin India harus berhenti memarjinalisasi perempuan muslim," kata Yousafzai di Twitter.

Kritikus mengatakan terpilihnya Modi 2014 membuat supremasi Hindu semakin berani. Mereka kelompok yang melihat India sebagai negara Hindu dan ingin merusak pondasi sekuler negara itu dengan menekan 200 juta penduduk muslimnya.

Partai oposisi dan kritikus mengatakan pemerintah BJP di federal maupun negara bagian telah mendiskriminasi kelompok minoritas dan beresiko mendorong memicu kekerasan. Modi membela diri dengan mengatakan kebijakan ekonomi dan sosialnya bermanfaat bagi semua orang India.

Seorang mahasiswi mengajukan gugatan pada kebijakan larangan Hijab. Dalam petisinya ia mengatakan hijab merupakan hak fundamental dalam kebebasan beragama yang dijamin konstitusi India. Sidangnya akan digelar di Pengadilan Tinggi Karnataka di Bengaluru

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler