Nonton Tinder Swindler, Masih Mau Main Aplikasi Kencan?

'Tinder Swindler' menjadi referensi penipuan berbalut asmara melalui aplikasi kencan.

EPA
Film Tinder Swindler berkisah tentang penipuan lewat aplikasi kencan. Foto penipu di Tinder, Simon Leviev (kiri) saat ditangkap di Athena, Yunani, 1 July 2019. Pria yang menjadi bahasan dalam film dokumenter Netflix Tinder Swindler ini telah diblokir permanen dari aplikasi kencan.
Red: Joko Sadewo

Oleh : Nora Azizah, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Perempuan mana nih yang belum nonton dokumenter Netflix 'Tinder Swindler'? Sejak dirilis 2 Februari lalu, film ini langsung banyak dapat perhatian dari penonton, khususnya wanita.

Kok bisa? Ya wajar saja sih, karena film ini berkisah tentang beberapa wanita yang menjadi korban penipuan melalui aplikasi kencan Tinder. Para korban bahkan kena tipu hingga jutaan dolar AS.

'Tinder Swindler' mengorek cerita seorang pria penipu asal Israel, Simon Leviev. Dengan parasnya yang cukup tampan, Simon berhasil menggandeng beberapa wanita.

Simon bukan hanya laki-laki yang mempermainkan wanita saja tetapi juga memangsa korbannya untuk dijadikan 'modal'. Harta korban dikuras untuk membiayai gaya hidupnya.

Demi menarik wanita, Simon memancing korban dengan berpenampilan seperti konglomerat. Dia menawarkan kencan mahal dan mewah hingga akhirnya berpura-pura bangkrut dan meminta bantuan finansial dari para korbannya.

Kehidupan Simon memang berujung di penjara selama 15 bulan. Akun Tinder hingga Instagram miliknya bahkan dihapus permanen dari pihak platform. Namun, penipuan yang dilakukan Simon dianggap tidak sebanding dengan hukuman yang diterimanya.

Film dokumenter ini mendapat banyak tanggapan positif. 'Tinder Swindler' seolah membuka mata para pengguna aplikasi kencan agar berhati-hati. Bahkan, tak sedikit yang mengaku tak lagi aktif bermain aplikasi kencan.

Namun, pertanyaan terbesar yang muncul ketika menonton film ini mungkin seperti 'Kok bisa ya, mereka kena tipu?'. Ternyata, perempuan yang tertipu di dalam kasus 'Tinder Swindler' ini sangat mungkin terjadi.

Seorang profesor psikologi dari California State University, Dr Kelly Campbell, menyebutkan bahwa sosok Simon umumnya dikenal dengan istilah 'catfish', yakni menyembunyikan identitas asli dan berpenampilan menipu untuk kepentingan pribadi. Umumnya 'catfishing' dilakukan demi uang.

Campbell juga menjelaskan bahwa umumnya orang-orang yang menjadi korban 'catfishing' tidak mempunyai kepercayaan diri. Kemudian, mereka memang bermimpi memiliki pasangan yang sempurna, yakni tampan dan mapan.

Ketika korban sudah masuk ke dalam perangkap, pelaku biasanya akan memulai aksinya. Korban biasanya akan mudah hanyut dan terpengaruh karena hubungan yang terjalin sudah mempengaruhi emosional.

'Tinder Swindler' memang memberi pesan bahwa harus sangat bijak menggunakan aplikasi kencan. Memang, tak sedikit orang-orang yang berhasil membina hubungan hingga ke jenjang rumah tangga dari aplikasi kencan. Akan tetapi, cerita cinta masing-masing orang sudah pasti berbeda.

Istilah 'cinta buta' tergambar jelas di 'Tinder Swindler'. Itu sebabnya, jangan lupakan keluarga, teman, dan orang-orang terdekat apabila memiliki kenalan dari aplikasi kencan. Sebab, mereka jauh lebih objektif menilai sesuatu.

 



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler