Jenderal AS: Perang Ukraina-Rusia Diprediksi Bisa Meluas ke Timur Tengah

Perang di Ukraina memiliki konsekuensi yang luas dan berdampak pada Timur Tengah

AP/Chris Seward/FR27582 AP
Seorang prajurit Angkatan Darat AS dari Divisi Lintas Udara ke-18 membawa senjata dan perlengkapan lainnya saat ia tiba di area pementasan sebelum menaiki pesawat C-17 untuk dikerahkan ke Eropa Kamis, 3 Februari 2022 dari Fort Bragg, Presiden NC Joe Biden memerintahkan 2.000 tentara AS ke Polandia dan Jerman di tengah pembicaraan yang terhenti dengan Rusia mengenai pembangunan militer Kremlin di perbatasan Ukraina.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala Komando Pusat Amerika Serikat (AS), Michael E. Kurilla, memprediksi, perang antara Ukraina dan Rusia dapat berpotensi meluas ke Timur Tengah. Pernyataan Kurilla mengkonfirmasi kekhawatiran yang sebelumnya sudah mulai muncul.

"Jika Rusia menyerang Ukraina, mereka tidak akan ragu untuk bertindak juga di  Suriah," ujar Kurilla, dilansir Middle East Monitor, Kamis (10/2/2022).

Penilaian Kurilla menekankan bahwa perang di Ukraina dapat memiliki konsekuensi yang luas dan dapat berdampak pada daerah-daerah di Timur Tengah seperti Suriah. Diketahui bahwa, Rusia telah menempatkan pasukan militernya di Suriah.

Kurilla tidak merinci prediksinya lebih lanjut. Namun dia menekankan bahwa, Amerika Serikat menghadapi era baru persaingan strategis dengan China dan Rusia yang tidak terbatas pada satu wilayah geografis. Hal ini semakin meluas tanggung jawab Komando Pusat AS.

"Washington memprioritaskan persaingan dengan China, namun kita harus tetap terlibat di Timur Tengah dan Asia Tengah dan Selatan," kata Kurilla.

Kurilla mengatakan, wilayah Timur Tengah, Asia Tengah, dan Asia Selatan akan menjadi medan pertempuran utama antara pengaruh Amerika dan China. Menurutnya, ini menunjukkan bahwa 18 dari 21 negara di wilayah Komando Pusat AS telah menandatangani perjanjian strategis dengan Beijing.

Kurilla juga menyarankan pendekatan pragmatis dengan kepemimpinan Taliban di Afghanistan. Menurutnya, Washington juga harus menemukan cara untuk meringankan krisis kemanusiaan di Afghanistan. Dia mengusulkan membantu Taliban dengan mengirimkan paket makanan dan kebutuhan pokok.

Selama beberapa bulan terakhir, Rusia telah mengerahkan ratusan pasukan militer dan alat pertahanan ke perbatasan Ukraina. Hal ini memicu spekulasi bahwa Rusia berencana melakukan serangan ke Ukraina. Para pejabat AS mengatakan, serangan Rusia ke Ukraina dapat terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu ke depan. Sementara Moskow menyangkal sedang merencanakan invasi.

Moskow menyangkal tuduhan Barat bahwa mereka merencanakan serangan ke Ukraina. Rusia menuntut aliansi NATO agar tidak melebarkan sayap ke wilayah Timur. Tuntutan lainnya antara lain, NATO tidak menempatkan rudal di dekat perbatasan Rusia, pengurangan infrastruktur NATO, dan larangan Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut.

Amerika Serikat dan Uni Eropa mengancam akan menjatuhkan sanksi yang cukup berat, jika Rusia  menyerang Ukraina. Sejauh ini, Moskow masih menjadi pemasok energi terbesar di Eropa, dan telah mendapatkan sanksi sejak mereka merebut semenanjung Krimea Ukraina pada 2014.

Dalam beberapa pekan terakhir, para pemimpin Barat telah terlibat dalam pembicaraan tingkat tinggi. Pada Selasa (7/2/2022), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa, enam kapal pendarat amfibi bergerak dari Mediterania ke Laut Hitam untuk latihan. Selain itu,dua pesawat pengebom nuklir jarak jauh Tu-22M3 menerbangkan patroli lain di Belarus. Rusia dan Belarus berencana untuk menggelar latihan militer bersama.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler