Peneliti UGM Konservasi Gajah Sumatra
Populasi saat ini diperkirakan telah mengalami penurunan sekitar 35 persen dari 1992.
REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Peneliti Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Dr Wisnu Nurcahyo dan tim terus mengembangkan strategi menjaga dan menyelamatkan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) dari ancaman kepunahan. Konservasi dilakukan bersama sejumlah mitra.
Seperti yang Wisnu dan tim lakukan bersama Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic) Wisnu dan tim menjalankan sejumlah program, salah satunya meningkatkan kualitas pengelolaan gajah jinak Sumatra terpadu.
Membuat database gajah jinak data individual, rekam medis, identifikasi penyakit dan analisis DNA. Gajah Sumatra yang jadi subspesies gajah Asia yang tersisa di dunia berstatus terancam punah dan populasinya terus turun karena ragam faktor.
"Oleh sebab itu, upaya-upaya konservasi penting dilakukan guna menjaga dan melestarikan gajah Sumatra ini," kata Wisnu, Kamis (10/2).
Populasi saat ini diperkirakan telah mengalami penurunan sekitar 35 persen dari 1992 dan merupakan penurunan sangat besar dalam waktu relatif pendek. Data WWF Indonesia (2008) populasi gajah dengan total individu sekitar 2.400-2.800 ekor.
Banyak faktor yang mengakibatkan penurunan populasi gajah Sumatra semakin tidak terkendali. Wisnu menyebut, pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi habitat, pembunuhan akibat konflik dan perburuan ancaman serius mempengaruhi kelestarian.
Konflik manusia dan satwa liar, terutama gajah, terus naik. Pemerintah membuat lokasi-lokasi untuk penanganan gajah jinak yang sudah dilatih menangani gajah liar yang masuk permukiman daerah-daerah yang rawan konflik manusia dan satwa.
Meski begitu, permasalahan jadi semakin kompleks. Dari eksternal terkait konflik manusia dengan satwa dan perburuan liar gajah Sumatra untuk diambil gading dan dijual. Studi tunjukan perdagangan daring produk dari gading gajah cukup tinggi.
Pada 2016 ditemukan sekitar 570 penjual daring gading gajah yang teridentifikasi penjual aktif di Jawa Tengah. Pada 2019, dari Indonesia, Vietnam dan Thailand menunjukan hanya Vietnam yang mengalami penurunan jumlah penjualan gading gajah.
Dari internal, kondisi gajah yang ditangkap dan masuk Pusat Latihan Gajah (PLG) jangka waktu lama pengaruhi keragaman genetik dan struktur populasi. Lantaran keterbatasan aliran gen dan peningkatan genetic drift dan resiko perkawinan sesama keluarga.
"Perbedaan asal usul dari gajah Sumatra yang berada di PLG juga dapat mempengaruhi keragaman genetik dari satwa endemik Indonesia ini," ujar Wisnu.
Studi tim FKH UGM bersama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan University of Liege, Belgia, diketahui tingkat keragaman nukleotida yang rendah dan keragaman haplotipe ditemukan di Sumatra bagian utara dan yang lain di selatan Sumatra.
Hasil penelitian mengungkapkan distribusi haplotipe berdasarkan DNA mitokondria yang berbeda Sumatra bagian utara dan selatan. Rendahnya keragaman genetik dari populasi gajah Sumatra jinak dapat berdampak buruk ke generasi gajah masa depan.
Hasil analisis menunjukkan kondisi populasi gajah Sumatra jinak alami tekanan inbreeding disebabkan berada di populasi kecil Lembaga Konservasi. Pengelolaan Lembaga Konservasi nanti harus dikembangkan mempertahankan keragaman genetik.
"Mencegah inbreeding dari populasi gajah Sumatra yang masih ada," kata Ketua Asosiasi Parasitologi Veteriner Indonesia (APARVI) tersebut.
Bentuk ancaman lain yang dapat mengganggu infeksi dan non infeksi seperti pakan, keracunan, lingkungan dan lain-lain. Penyakit karena infeksi dapat disebabkan infeksi bakteri, virus dan parasit seperti cacing nematoda, trematoda atau cestoda.
Penyakit parasit memegang peranan penting karena gajah di alam bergantung pakan tumbuhan di habitat dan sekitar penangkaran. Iklim sepanjang tahun dengan curah hujan pulau Sumatra yang tinggi menjadikan habitat sesuai pertumbuhan parasit.
Penelitian perlu terus dilakukan melihat bahaya penyakit yang membuat kematian dan penurunan populasi gajah baik di alam dan Pusat Penyelamatan Gajah. Berbagai data penelitian yang dilakukan UGM bersama mitra nantinya bisa menjadi landasan.
"Dalam pengelolaan gajah jinak untuk mendukung kegiatan konservasi gajah Sumatra pada masa mendatang," ujar Wisnu.