Kepala Ilmuwan WHO: Masih Banyak Varian Covid-19 akan Muncul

Virus Covid-19 terus berevolusi dan bermutasi membentuk varian-varian baru.

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Petugas kesehatan melakukan tes usap PCR kepada pengendara mobil saat layanan tanpa turun (drive thru) di Bumame Farmasi, Mal Boxies123, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/2/2022). Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan memperingatkan, dunia belum berada di titik akhir pandemi Covid-19.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan memperingatkan, dunia belum berada di titik akhir pandemi Covid-19. Dia menyebut, ada lebih banyak varian Covid-19 yang masih akan bermunculan.

Baca Juga


“Kami telah melihat virus berevolusi, bermutasi. Jadi kami tahu akan ada lebih banyak varian, lebih banyak varian yang menjadi perhatian. Jadi kita tidak berada di akhir pandemi,” kata Swaminatha kepada awak media saat mengunjungi fasilitas manufaktur vaksin Covid-19 di Afrika Selatan, Jumat (11/2/2022).

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus turut berpartisipasi dalam kunjungan tersebut. Baru-baru ini WHO mendesak negara-negara kaya menyediakan dana sebesar 23 miliar dolar AS. Dana tersebut bakal digunakan untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menangani pandemi Covid-19.

Dana yang disumbangkan negara-negara kaya nantinya akan dimanfaatkan untuk mendanai program Accelerator Access to Covid-19 Tools (ACT). ACT adalah sebuah inisiatif global yang dibentuk untuk mengembangkan dan mendistribusikan tes, perawatan, serta vaksin secara adil.

WHO menjelaskan, mendukung peluncuran alat untuk memerangi Covid-19 secara global akan membantu mengekang penularan virus, memutus siklus varian, meringankan pekerja dan sistem kesehatan yang terbebani, serta menyelamatkan nyawa. “Dengan penundaan setiap bulan, ekonomi global akan kehilangan hampir empat kali lipat investasi yang dibutuhkan ACT-Accelerator,” kata WHO dalam sebuah pernyataan pada Rabu (9/2/2022), dikutip laman Aljazirah.

Menurut WHO, saat ini ketimpangan dalam hal akses peralatan medis dan vaksin Covid-19 masih “luas”. WHO mencatat, hanya 10 persen masyarakat di negara-negara berpenghasilan rendah atau miskin yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19. Sementara di negara-negara kaya, cakupan vaksinasi sudah mencapai 68 persen.

Kemudian dalam hal pengujian, dari 4,7 miliar tes Covid-19 yang dilakukan secara global, hanya 22 juta dilaksanakan di negara-negara berpenghasilan rendah. Jumlah itu sama dengan 0,4 persen dari total pengujian global. “Ketidakadilan besar-besaran ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga merugikan ekonomi dan berisiko munculkan varian baru yang lebih berbahaya yang dapat merampas efektivitas peralatan saat ini,” kata WHO.

Sejauh ini dunia sudah mencatatkan 406 juta kasus Covid-19. Korban meninggal akibat pandemi sudah melampaui 5,7 juta jiwa.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler