Kiat Mengurangi Asupan Garam
Pakar diet menyarankan hindari makanan olahan untuk mengurangi asupan garam
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Masyarakat Indonesia banyak yang menyukai makanan bercita rasa asin dan gurih. Namun mengonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung garam dapat mengakibatkan masalah kesehatan mulai dari obesitas hingga strok.
Pakar diet dan gizi klinik Johanes Chandrawinata mengatakan untuk menjaga pola hidup sehat, pembatasan asupan garam sama pentingnya dengan mengonsumsi buah dan sayur.
Menurut Jo, sapaan akrab Johanes Chandrawinata, penurunan asupan garam dapat dicapai tanpa harus mengorbankan cita rasa makanan dengan penambahan MSG secukupnya.
"Menurunkan asupan garam dalam konsumsi sehari-hari bisa dilakukan dengan memilih pangan berbumbu rendah garam atau bahkan tanpa sodium. Hindari makanan olahan yang sangat tinggi kadar garam seperti daging asap, kornet, dan lain-lain. Fokus pada makanan segar," jelas Jo dalam webinar pada Selasa (15/2/2022).
Dia mengatakan monosodium glutamat atau MSG bisa menjadi pilihan alternatif garam sebagai bumbu masak. Banyak penelitian menunjukkan penggunaan MSG bisa menjadi strategi diet rendah garam. Sebab, kandungan natrium dalam MSG hanya sepertiga dari kandungan natrium pada garam dapur biasa.
Jo menyarankan takaran bumbu umami seperti dalam MSG, sebagai pengganti garam adalah sebanyak 0,2 hingga 0,8 persen dari volume makanan. "Misalnya untuk satu liter sup, tambahkan sekira 1,5 sendok teh saja," terangnya.
Selain itu, penambahan bumbu aromatik seperti bawang putih dan jahe bisa menjadi alternatif penggunaan garam. "Batasi juga asupan kerupuk karena tanpa disadari kerupuk itu banyak kandungan garam," imbuh Jo.
Diet rendah garam disebutnya mampu menurunkan tekanan darah. Penurunan konsumsi garam sebanyak 15 persen bisa mencegah sampai 8,5 juta kematian di 23 negara dengan beban hipertensi dalam 10 tahun.