Diplomat Rusia di PBB: Mata-mata AS dan Inggris tak Dapat Diandalkan

Pengamat mengatakan mengatakan ancaman Putin justru memberi kekuatan baru bagi NATO.

EPA-EFE/UKRAINE NAT. POLICE PRESS SERV.
Gambar selebaran yang disediakan oleh layanan pers Polisi Nasional Ukraina menunjukkan hasil penembakan di sebuah desa tidak jauh dari kota Donetsk yang dikuasai militan pro-Rusia, Ukraina, 18 Februari 2022 di tengah eskalasi di perbatasan Ukraina - Rusia.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Deputi Delegasi Permanen Rusia untuk PBB mengatakan asesmen mata-mata Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Ukraina tidak dapat diandalkan. Mereka telah banyak melakukan kesalahan besar seperti intelijen yang mendorong invasi AS ke Irak.

Baca Juga


"Kami tidak percaya pada intelijen AS dan Inggris, mereka telah mengecewakan kami, seluruh dunia, di banyak kesempatan, cukup untuk mengingat senjata pemusnah massal di Irak," kata Dmitry Polyanskiy pada Sky News, Ahad (20/2/2022).

Polyanskiy mengatakan tidak boleh ada memberitahu Rusia di mana mereka harusnya menggelar latihan militer di wilayahnya sendiri. Pekan ini Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg menilai Presiden Vladimir Putin mendorong kenormalan yang baru di Eropa.

Apakah Rusia menggelar invasi skala penuh ke Ukraina atau tidak Putin sudah menarik perhatian negara-negara Barat dan Presiden AS Joe Biden yang sebelumnya hendak fokus pada Cina di kawasan Indo-Pasifik. Moskow bersedia dan mampu membuka persaingan nilai-nilai dan perbatasan di Eropa.

Stoltenberg mengungkapkan berdasarkan asesmen yang ia miliki Putin siap untuk menyerang Ukraina. Biden juga mengungkapkan prediksi yang serupa pada Jumat (18/2/2022) lalu. "(Putin) fokus untuk mencoba menyakinkan dunia ia memiliki kemampuan untuk mengubah dinamika di Eropa," kata Biden seperti dikutip NBC News.

Sejumlah pengamat dan pejabat mengatakan ancaman Putin justru memberi tujuan dan kekuatan baru bagi NATO. Sebagian besar negara anggota aliansi pertahanan negara-negara Barat itu mengutuk ancaman Moskow.

Dengan penumpukan militer besar-besaran di perbatasan Ukraina dan tuntutan jaminan keamanan, Rusia memastikan relevansinya di panggung Eropa. Tapi juga memberi relevansi yang sama pada NATO.

"Putin mencapai semua prestasi ini dengan mendapatkan semua perhatian," kata direktur program Rusia-Eurasia lembaga think tank Inggris, Chatham House, James Nixey.

"Di sisi lain ia membawa dirinya sendiri ke posisi yang sangat sulit dengan membuat daftar tuntutan, dan bila ia tidak mendapaktannya dan dia tidak akan mendapatkannya, maka akan terlihat seperti kegagalan," tambah Nixey.

AS dan sejumlah sekutunya mengatakan intelijen mereka yakin perang akan segera terjadi. Kiev mengkritik pernyataan tersebut sementara Moskow mengejeknya. Rusia membantah pasukan 150 ribu pasukannya akan digunakan untuk menyerang bekas negara Uni Soviet.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler